benuanta.co.id, TARAKAN – Wilayah perairan Kota Tarakan sangat akrab dengan kasus perampokan. Korbannya kebanyakan merupakan para petambak yang membawa hasil panen, dan kejadian tersebut kerap terjadi dan sangat merugikan serta meresahkan warga.
Perampokan itu disadari betul oleh Polair Polres Tarakan sebagai salah satu tindakan berbahaya bahkan dapat menghilangkan nyawa korban perampokan. Meski beberapa kali berhasil mengungkap aksi perampokan, belakangan ini diakui aksi perampokan di Perairan Kota Tarakan kembali marak terjadi.
“Ini juga sudah mulai marak lagi perampokan, kemarin ada dua pengaduan dan kita masih dalam penyidikan itu LP dari Ditpolairud jadi kita koordinasi juga,” terangnya Kapolres Tarakan, AKBP Taufik Nurmandia melalui Kasat Polair, IPTU Jamzani saat ditemui benuantaco.id pada Kamis (24/2/2022).
Sebagai upaya menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, Polres Tarakan menyediakan perlindungan untuk keamanan petani tambak dalam memanen hasil tambaknya.
“Silahkan koordinasi ke kami (Polair Polres Tarakan), kami akan bantu bagi masyarakat yang butuh keamanan tidak dipungut biaya,” tuturnya.
IPTU Jamzani menjelaskan tidak akan mempersulit prosedur dalam kepengurusan keamanan petani tambak.
“Nanti datang ke sini (Satpolair) kemudian kita buatkan surat permintaan pengamanan atau pengawalan panen, kemudian nanti ke Kapolres nanti akan ditunjuk siapa yang mengawal. Bisa dari kita pengawalan tapi harus ke Kapolres dulu,” jelas perwira balok dua tersebut.
Disinggung soal daerah rawan perampokan, IPTU Jamzani menerangkan bahwa perampok ini biasanya menggunakan skema mobilitas yang langsung mencegat korban di tengah laut.
“Kemarin sore bahkan, anggota saya sempat kejar-kejaran dengan perampok itu di sekitaran Muara Bulungan karena ada masyarakat yang mengadu bahwa dikejar dan minta tolong, kita bantu, sayangnya speed kita bermasalah waktu itu,” tuturnya.
“Kalau tidak mau pengamanan minimal ada kontak anggota kami supaya bisa dapat mengubungi jika ada bahaya,” sambungnya.
Menurut kacamatanya, bahwa kejadian ini sangat berbahaya. Jika melihat aksi rampok di tengah laut biasanya, pelaku menggunakan modus mencegat korban dan memaksa si korban turun dari speed dan membawa hasil panennya kabur.
“Biasanya ada yang disuruh lompat kemudian tidak bisa renang, jadi itu pidana lagi. Pelaku juga tahu ini kondisi air, air pasang air mati kemudian kapan si korban keluar membawa hasil panen begitu. Jadi para petani tambak harus waspada,” tutupnya. (*)
Reporter : Endah Agustina
Editor : Nicky Saputra