Semangat Mengabdi di Wilayah Pedalaman

HARI Pendidikan Nasional (Hardiknas) merupakan momentum penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Peran seorang guru dalam mencerdaskan anak-anak bangsa merupakan suatu bukti bahwa guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Di Kabupaten Nunukan sendiri, khususnya di wilayah perbatasan, dunia pendidikan seolah masih sangat tertinggal jauh jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada di kota.

Oleh : Novita A.K

Seperti yang dikisahkan Agenesia Leny Prada (27) seorang guru di SDN 005 Lumbis, Desa Kalampising, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan yang mengabdikan masa mudanya sebagai guru di perbatasan. Diceritakannya, kurang lebih sudah sekitar dua tahun lamanya ia mengabdikan diri sebagai guru di perbatasan. Hal ini bermula saat ia mengikuti pendaftaran PPPK dan dinyatakan lulus pada tahun 2022 lalu.

Diceritakannya, sewaktu pendaftaran ia sudah mengetahui akan ditempatkan di Lumbis yang terkenal dengan minimnya fasilitas penunjang. Namun hal itu tak membuatnya berkecil hati, justru menjadi suatu tantangan dan semangat baru baginya. Akhirnya ia pun lulus PPPK dan ditempatkan di Kecamatan Lumbis mengabdi sebagai pengajar yang masih tergolong berusia muda.

Leny, biasa ia disapa mengatakan keinginannya untuk mengajar di pedalaman sebab selama di bangku perkuliahan, ia kerap mendengarkan kisah bagaimana perjuangan guru-guru yang berada di perbatasan. Berangkat dari hal itu, tekadnya pun muncul untuk merasakan dan menyaluirkan ilmu pendidikan yang selama ini ditempuhnya untuk anak – anak di Kecamatan Lumbis.

Meksi berada di wilayah yang jauh dari perkotaan, bahkan untuk akses dari Nunukan menuju desa tempat ia bekerja hanya bisa diakses dengan melalui jalur sungai, namun ia merasa bisa merasakan kedamaian dengan keindahan alam yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian. Selama mengajar di SD tempatnya sekarang mengajar ini, Leny mengaku banyak mendapatkan pengalaman dan hal-hal baru yang selama ini tidak pernah ia fikrikan.

Meski berada di desa kecil, namun ia mengaku jika SD tempatnya perlahan telah mendapatkan fasilitas yang cukup memadai untuk memberikan akses belajar mengajar kepada murid-muridnya, meski kesulitan jaringan internet seolah menjadi hal yang sudah biasa di desa ini.

“Kalau di tempat saya sudah cukup memadai, tidak seperti dengan teman-teman (guru) lainnya yang berada di wilayah hulu yang bahkan masih kesulitan soal buku-buku pelajaran,” ucapnya.

Kendati demikian, ia mengaku jika salah satu tantangan besar yang harus ia hadapi ialah persoalan peran orang tua dalam mendukung anak-anaknya dalam dunia pendidikan. Sebab, dari pengalaman yang ia hadapi, banyak anak-anak muridnya yang kerap tidak turun sekolah lantaran membantu orang tuanya bertani. Padahal, orang tua seharusnya menjadi tombak terdepan dalam mendukung anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan.

“Contohnya seperti ini, kalau anak-anak di kota itu saat izin ke sekolah itu hanya sehari atau dua hari, tapi kalau disini bisa beberapa hari bahkan satu Minggu jadi ketika anak-anak ini kembali sekolah mereka sudah lupa cara membaca ataupun menulis jadi kita harus memulai dari awal lagi,” ungkapnya.

Tak hanya itu, ia juga mengaku pendidikan di kota dengan di perbatasan sangat berbeda jauh. Salah satunya di tempatnya mengajar, bahasa yang digunakan masih bahasa ibu (bahasa daerah). Sehingga, ketika mengajar dengan menggunakan Bahasa Indonesia, para murid-muridnya masih sangat sulit untuk memahami maksud dari materi ajar yang diberikan.

“Mereka di sini (Kecamatan Lumbis) sangat jarang sekali menggunakan Bahasa Indonesia dalam kesehariannya Makanya kalau kita mengajar itu mereka akan lebih mudah memahami kalau menggunakan bahasa daerah, ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi saya di sini,” ujarnya.

Lanjut Leny, perbedaan lain yang jarang ditemui di bangki sekolah di wilayah perkotaan adalah alat tulis yang digunakan para anak sekolah di Lumbis pedalaman masih menggunakan pensil, sementara para pelajar di wilayah perkotaan sudah menggunakan pulpen.

“Kita di sini betul-betul harus memulai dari awal, mengajarkan cara memegang dan menggunakan pensil. Jadi betul-betul kita tuntun, kalau mereka sudah terbiasa memegang pensil baru kita bisa mengajarkan menulis abjad. Jadi bisa dibilang anak-anak disini selangkah lebih terlambat dengan anak-anak di kota,” jelasnya.

Kendati demikian, melihat antusias dan semangat murid-muridnya dalam belajar, membuat hatinya menggebu-gebu untuk terus mengabdikan dirinya mencerdaskan anak-anak bangsa.

“Kalau di sini saya jadi guru kelas 2, jadi hampir semua mata pelajaran saya ajarkan kecuali pelajar Agama dan Bahasa Inggris,” tuturnya.

Terakit kesejahteraan guru di perbatasan, Leny mengaku sebagai seorang guru PPPK, ia merasa sudah cukup mendapatkan hak-haknya sebagai guru. Namun, ia berharap guru-guru yang masih jadi honorer di pedalaman sekiranya pemerintah daerah bisa memberikan kesejahteraan dengan membuka peluang melalui pendaftaran PPPK.

Di hari pendidikan ini, ia ingin menyampaikan bahwa dalam dunia pendidikan setiap orang mempunyai peran yang penting tak hanya guru, orang tua diakuinya memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.

“Khususnya kami yang ada di pendalaman sini, peran orang tua itu penting sekali. Jadi tak hanya guru, orang tua, pemerintah juga memiliki peran yang penting dalam menyukseskan dunia pendidikan ini,” jelasnya.

Ia pun mengaku, meski berada di perbatasan, namun kurikulum yang digunakan yang digunakan sudah sama dengan sekolah yang ada di kota yakni Kurikulum Merdeka. Sehingga, ia berharap kepada seluruh guru-guru yang ada di perbatasan untuk tetap semangat dan tidak minder dengan guru yang ada di kota-kota meski dalam prosesnya terkendala oleh sarana dan prasarana pendidikan.

“Untuk teman-teman guru yang ada di perbatasan, kita tidak perlu minder kalau materi atau alat dan prasarana yang kita punya disini tak secanggih dengan yang ada di kota. Tapi yang penting ialah bagiamana cara kita memberikan pendidikan sebaik-baiknya kepada murid-murid kita,” harapnya. (*)

Editor: Nicky Saputra

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *