Gagal Kuliah ke Belanda, Dirikan Yayasan Geya Nawasena hingga Antarkan Banyak Orang Jadi Abdi Negara 

PEMUDA satu ini mengaku telah gagal dalam mengejar mimpinya. Tapi dia tak hilang arah. Justru melalui dirinya banyak orang sukses menggapai cita-citanya sebagai abdi negara lewat yayasan yang telah ia dirikan. Siapa dia? Ini ulasannya.

Penulis: Novita Andarias Karangan

Anak pertama dari empat orang bersaudara ini lahir dari keluarga yang sederhana. Namanya Inzen Alfrandy. Inzen, sapaan akrabnya, memiliki ibu layaknya ibu pada umumnya sebagai seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Sementara sang bapak tercinta berprofesi  sebagai seorang buruh harian lepas.

Meski dari keluarga yang bisa dikatakan memiliki keterbatasan ekonomi, namun sejak kecil hingga Inzen memiliki semangat yang tinggi. Sama seperti teman sebayanya yang lain, kala ia duduk di bangku kelas 3 SMA, ia mengaku memiliki impian untuk melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan. Kala itu, ia berkeinginan melanjutkan pendidikannya di Negara kincir angin, julukan bagi Belanda.

“Waktu itu saya sudah mendapat beasiswa untuk kuliah hukum di Belanda, tapi setelah saya lihat ternyata untuk biaya transportasi kesana itu pakai uang pribadi, sedangkan saya tidak punya uang,” kata Inzen sembari mengingat kesempatan itu.

Diungkapkannya, sebagai anak sulung, ia tak ingin membebani kedua orang tuanya. Apalagi waktu itu kehidupan keluarganya sedang tidak baik-baik saja. Inzen dan ketiga adiknya harus menerima kenyataan pahit bahwa kedua orang tuanya harus berpisah. Melihat kondisi itu, ia terpaksa harus mengubur dalam-dalam impiannya untuk melanjutkan pendidikan di Belanda.

Meski begitu, ia tak ingin patah semangat. Pada tahun 2016 ia memutuskan untuk kuliah dengan mengambil jurusan hukum di Universitas Borneo Tarakan (UBT) dan lulus pada tahun 2020.

Namun, diakhir masa kuliahnya itulah, Inzen menceritakan jika itu merupakan awal mulanya ia menjadi seorang guru bahkan bisa sampai di titik ini. Padahal latar belakang pendidikannya bukanlah sarjana pendidikan namun ia bisa sukses mendirikan Yayasan Geya Nawasena.

“Waktu saya semester akhir di tahun 2020, ada teman dekat saya 8 orang ingin ikut tes polisi. Tapi mereka ini tidak tau pelajaran apa yang harus di pelajari untuk tes akademik dan psikotesnya, jadi saya menawarkan untuk bantu dengan berbagai sedikit ilmu yang saya punya,” ujarnya.

Inzen mengungkapkan, sewaktu sekolah dulu hingga tingkat SMA ia cukup dikenal sebagai siswa yang berprestasi dan selalu masuk dalam rangking 3 besar. Bahkan ia kerap mengikuti olimpiade Matematika hingga debat tingkat Nasional.

Selain itu, ia juga memiliki kemampuan public speaking yang baik. Sebab semasa sekolah hingga duduk di bangku perkuliahan ia kerap menjadi seorang moderator, Master of Ceremony (MC) bahkan Ia mengaku pernah menjadi penyiar radio.

“Jadi saya ajarkan soal-soal akademik dan psikotes ke mereka. Kebetulan kalau psikotes ini ada tes wawancaranya, disitulah saya berbagi ilmu public speaking saya. Dari 8 orang yang saya ajar secara sukarela itu 5 di antaranya lulus lolisi,” ungkapnya.

Dengan penuh haru, ia mengatakan jika saat itu, ia hanya ingin membantu dengan berbagi ilmu kepada teman-temannya atas kemauannya sendiri. Bahkan, ia mengajar tanpa meminta imbalan sama sekali.

“Sebenarnya saya tidak kepikiran sama sekali kalau ini akan mendatangkan rezeki buat saya. Jadi dulu itu saya mengajar gratis, tapi ada beberapa juga orang tua yang dengan ikhlas memberikan saya uang sebagai ongkos transportasi karena sudah mengajar anaknya” ucapnya.

Hingga kabar 5 orang temannya yang telah lulus menjadi abdi negara tersebut tersiar di salah satu sekolah yakni SMAN 3 Tarakan. Seakan menjadi buah bibir, Inzen pun mengaku dihubungi dan didatangi oleh beberapa anak-anak kelas 3 SMA yang ingin mendapatkan bimbingan belajar darinya untuk persiapan tes Polri.

Dengan mata berkaca-kaca seakan mengingat masa itu, Inzen menyampaikan, ia melihat antusiasme para siswa-siswi tersebut sangat bersemangat, hal itu yang membuatnya terharu dan termotivasi untuk berbagi ilmunya.

“Disitu saya melihat mereka punya cita-cita tinggi namun tidak memiliki wadah untuk belajar bahkan ada yang terhalang ekonomi sama seperti saya dulu,” ucapnya dengan nada rendah.

Kembali mengingat momen yang berkesan dalam hidupnya, dengan nada bergetar ia mengatakan jika dulu ia mempunyai mimpi sama seperti anak-anak tersebut, tapi karena keterbatasan ekonomi keluarganya ia tidak bisa menggapai impiannya.

Dengan berbekal ilmu dan pengalamannya, ia pun mulai merintis hingga bisa mendirikan Yayasan Geya Nawasena pada tahun 202. Dengan satu tujuan dan tekad yakni bisa mewujudkan impian para siswanya yang ingin menjadi abdi negara.

“Semua orang punya mimpi, punya kesempatan. Tapi tidak semua orang punya wadah untuk meningkatkan kualitas dirinya. Makanya disini saya ingin hadir berbagai ilmu bersama dengan mereka yang ingin mewujudkan impiannya,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Kini, Yayasan Bimbel Geya Nawasena yang ia dirikan tersebut telah mendapatkan legalitas hukum. Bahkan Yayasan Geya Nawasena ini cukup menjadi primadona dikalangan para pelajar yang ingin melanjutkan pendidikannya sebagai abdi negara di Kalimantan Utara.

Disampaikannya, nama Geya Nawasena berasal dari bahasa sansekerta. Geya artinya irama dan Nawasena artinya pengejar mimpi sehingga tercetus lah Geya Nawasena yang artinya irama pengejar mimpi.

“Kenapa namanya irama pengejar mimpi, karena kalau irama itu naik turun, tinggi rendah. Tentu semua orang punya mimpi yang ingin dikejar. Tapi kita semua tauh bahwa dalam kehidupan pasti ada naik dan turunnya saat kita sedang mengejar mimpi tersebut. Makanya namanya Geya Nawasena,” jelasnya.

Siapa yang menyangka, di usia yang baru 23 tahun ini, melalui Yayasan Geya Nawasena yang ia dirikan setidaknya sudah ratusan siswa-siswinya yang telah berhasil meraih mimpinya.

Dibeberkannya, untuk angkatan kedua siswanya sebanyak 60 orang yang mana lulus menjadi polisi sebanyak 47 orang dan satu orang lulus TNI. Lalu, angkatan 3 siswanya sebanyak 96 yang mana 69 orang diantaranya lulus Polisi, satu TNI AL, satu lulus IPDN dan 1 orang lulus SIPSS. Kemudian, angkatan 4 siswanya yang lulus polisi sebanyak 120 orang, lulus IPDN satu orang, TNI 3 orang, Taruna, STTD, SIPSS, SESPIM dan PTIK masing-masing satu orang.

“Ini sudah angkatan ke 5, sekarang sudah hampir 200 siswa yang bimbel di Geya untuk pendaftaran polisi di tahun 2024 ini,” bebernya.

Sebagai wujud syukur dan ketulusannya, ia mengatakan jika ada beberapa anak yang berasal dari keluarga tidak mampu yang ia berikan beasiswa. Yakni dengan memberikan gratis bimbel bahkan ia membiayai ongkos transportasi dan tempat tinggal selama anak-anak tersebut mengikuti seleksi.

“Kalau di luar sana banyak yang mengatakan bahwa ikut tes polisi itu mahal harus dibayar supaya lulus, tapi di sini saya buktikan bahkan anak-anak yang saya berikan beasiswa beberapa sudah ada yang lulus seleksi polisi tanpa pengeluaran uang sepeser pun,” jelasnya.

Tak hanya memberikan bimbingan kepada pelajar saja, Inzen mengatakan jika ia pernah menjadi coach mantan Waka Polres Tarakan Kompol Ariantony U Bangalino saat persiapan SESPIM dan menjadi coach mantan Kasat Reskoba Polres Tarakan IPTU Dien Fahrur Romadhoni saat hendak mengikuti ujian PTIK 2023 lalu.

Yayasan Geya Nawasena telah melebarkan sayapnya di penjuru Kalimantan Utara. Inzen mengaku jika kini ia telah membuka cabang di Kabupaten Nunukan.

Sejak Geya Nawasena berdiri, ia melihat antusiasme anak perbatasan yang datang ke Tarakan untuk belajar sangat banyak. Sehingga, ia memutuskan membuka cabang di Nunukan agar lebih memudahkan serta mengurangi ongkos transportasi dan ongkos tinggal mereka.

“Puji Tuhan, sekarang untuk di Tarakan saya sudah punya 5 tenaga pengajar, lalu di Nunukan sudah 4 orang dan untuk Tanjung Selor rencananya saya juga akan buka cabang di sana,” ucapnya.

Selama Geya Nawasena berdiri, ia mengatakan jika tak bisa dipungkiri banyak oknum-oknum yang berusaha menjatuhkannya, meski begitu ia justru menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk bisa lebih giat lagi dan membuktikan bahwa siswa-siswinya mampu lulus tes dengan nilai-nilai yang tinggi.

Dengan pundi-pundi rupiah yang ia kumpulkan selama ini, kini sedikit demi sedikit ia telah mendirikan bangunan sendiri untuk nantinya dijadikan tempat bimbingan belajar Geya Nawasena.

“Awalnya dari rumah ke rumah, kemudian di rumah saya, tapi karena pesertanya banyak dan kebetulan rumah saya jauh di Juata Laut jadi saya memutuskan untuk mencari rumah kontrakan di seputaran kota, dan Puji Tuhan saat ini saya lagi progres pembangunan yang nantinya akan dijadikan tempat buat ngajar,” tuturnya.

Meski mimpi kecilnya yang dulu telah sirna, namu kini ia memiliki impian dan harapan baru yang lebih besar lagi. Ke depannya ia ingin mendirikan sebuah SMA Taruna yang bisa menampung para siswa-siswi lulus SMP yang memiliki cita-cita ingin menjadi seorang abdi negara.

“Itu harapan saya, jadi nanti anak-anak yang lulus SMP dan memang sudah punya cita-cita ingin jadi polisi itu bisa belajar baik akademi, psikotes maupun Samjas di sekolah tersebut,” ungkapnya.

Diakhir ceritanya, Inzen ingin berpesan kepada anak-anak muda, bahwasanya semua orang punya mimpi dan punya kesempatan untuk mengejar mimpi tersebut. Namun, jika kamu tidak memiliki tekad dan kemauan maka mimpi kamu itu tidak akan kamu raih. Jangan pernah bandingkan proses yang kamu alami dengan orang lain, karena setiap orang ada waktunya.

“Saya ingin menjadi jembatan bagi orang-orang yang ingin menyebrang menggapai mimpinya. Saya ingin menjadi jembatan yang menghubungkan mimpi-mimpi yang terputus. Saya Inzen Alfrandy dan saya akan selalu berjuang untuk mewujudkan lebih banyak mimpi lagi,” tutupnya dengan senyum.(*)

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2703 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *