Perjuangan Pradipta Sakti Nugraha Juara Panahan Pra PON XXI Aceh-Sumut

ISENG berhadiah mungkin kiasan yang tepat untuk Pradipta Sakti Nugraha. Remaja pria yang baru setahun lebih menekuni panahan mampu membawa sejarah baru untuk cabang olahraga panahan Kalimantan Utara (Kaltara) karena turut serta dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh Sumatera Utara 2024.

Penulis: Endah Agustina

Pradipta Sakti Nugraha, akrab disapa Sakti ini merupakan remaja kelahiran 30 Mei 2008. Ia peraih medali emas pada cabang olahraga panahan untuk menuju PON 2024. Sakti pernah menempuh pendidikan di SMAN 2 Tarakan, namun kini ia telah pindah ke SMAN 8 Samarinda karena kedua orang tuanya.

Di bidang olahraga , Sakti tak menyangka namanya tercatat sebagai peringkat pertama klasemen babak kualifikasi PON 2023 di Bogor. Lantaran ia hanya iseng mengikuti olahraga panahan, untuk bermimpi menjadi atlet nasional juga tak pernah sama sekali terlintas dibenaknya.

Awal mula Sakti pindah ke Kota Tarakan pada 2022, ia menceritakan mulai tertarik dengan olahraga panahan yang ia saksikan sekilas di aula halaman belakang masjid Islamic Center Kelurahan Kampung Empat Kota Tarakan.

Saat itu, Sakti bersama kedua orang tuanya tengah berjalan santai di sore hari. Mata Sakti pun tertuju pada satu aktivitas atlet panahan Tarakan yang tengah melakukan serangkaian latihan.

Spontan ia meminta kepada orang tuanya untuk diizinkan mengikuti olahraga panahan. Meski, sebelumnya Sakti menggeluti olahraga berbeda yakni bela diri Taekwondo di Penajam, Kalimantan Timur.

“Tahun 2022 itu baru pindah ke Tarakan. Awalnya pengen coba saja pas lihat orang memanah. Akhirnya saya tanya ke klubnya disitu dan ke pelatihnya juga. Keesokan harinya langsung saya coba,” ucap Sakti.

Sepanjang latihan hingga ia terpilih menjadi atlet panahan perwakilan Kaltara, ia terus melatih fokusnya pada olahraga yang menuntut atletnya penuh konsentrasi tersebut. Setahun lebih ia memilih untuk menjalani latihan. Setiap harinya terus memantapkan nyalinya menuju PON pada Oktober ini.

Perjalanannya meraih medali emas saat Babak Kualifikasi (BK-PON) tidaklah mudah, Sakti harus lebih dulu mengikuti proses seleksi di tingkat provinsi dengan atlet-atlet terlatih dari Perpani Tarakan dan juga Kaltara pada Agustus 2023 lalu. Sampai akhirnya, namanya pun muncul sebagai peringkat pertama di Kaltara dan ditunjuk sebagai atlet yang mengikuti BK PON di Bogor pada November 2023 lalu.

Saat mengikuti BK PON sejak 17 hingga 27 November 2023 di Bogor, Sakti sempat mendadak demam tinggi. Kondisi tubuhnya yang lemah lantaran sakitnya menjadi kendala dirinya untuk membidik busur panah menuju target. Apalagi, Sakti anak baru lahir di dunia olahraga memanah dan harus berhadapan dengan lawan mainnya yang memiliki jam terbang tinggi.

Sakti harus berhadapan dengan atlet asal Banjarmasin, Riau, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau dan Jawa Tengah. Dalam kondisi tidak fit, Sakti dihadapkan dengan altet asal Jawa Tengah yang dinilai langganan juara, namun dewi fortuna (keberuntungan) bak meniupkan semangat sampai akhirnya ia mampu mengalahkan lawannya.

“Awalnya saya sehat saja. Tapi pas di lapangan kok lemes rasanya. Tetap saya ikutin kualifikasinya saat itu, pas sudah di jarak 30 meter saya sudah tidak kuat lagi sebenarnya. Saya usahakan teruslah. Mungkin saya grogi kayaknya karena baru pertama kali ikut tanding dan langsung nasional,” jelas remaja berdarah Banjar itu.

Program pemusatan latihan atau Training Center (TC) saat ini juga telah dilakukannya. Beruntung, pelatih panahan Sakti mengizinkannya untuk tetap latihan dengan pelatih khusus di Samarinda. Perharinya, Sakti harus menancapkan 300 anak panah ke bantalan.

Orang tua Sakti, Yunita Herlina juga memberikan dukungan dan kepercayaan penuh kepada putra pertamanya itu. Ia memfasilitasi seluruh kebutuhan memanah Sakti. Tak tanggung-tanggung, bahkan ia rela merogoh kocek tak sedikit untuk memberikan fasilitas latihan di rumahnya.

Hal ini dilakukan semata-mata untuk Sakti yang harus keras berlatih untuk mengharumkan nama Bumi Benuanta.

“Sebelum Sakti panahan itu dia Taekwondo di Grogot. Pas pindah ke Tarakan mungkin dia bosan karena tidak ada teman, akhirnya minta izin untuk panahan ya kita selaku orang tua izinkan asalkan Sakti betul-betul menekuni, kita cuma belikan alat-alatnya saja,” ujar sang ibu.

Yunita merupakan ibu kandung Sakti yang menyaksikan Sakti berjuang menembakkan anak panah meski tengah dalam kondisi sakit. Sebenarnya, sebagai ibu ia tak tega melihat anaknya jatuh sakit di tengah jalan perjuangan. Terlebih saat itu ia hanya sendiri mendampingi Sakti selama 10 hari BK PON.

Yunita sempat pasrah, lantaran Sakti yang drop dihari keempat pertandingan dan dibawa petugas ke mobil Ambulans untuk pertolongan dirinya. Ia juga sempat bermohon kepada Sakti agar tak terlalu keras untuk menggulingkan lawan di tengah kondisi sakit.

Mengingat kembali perjuangan Sakti, Yunita tak mau kalah, ia terus merawat Sakti sepenuh hati. Sampai akhirnya Tuhan memberikan Sakti kekuatan untuk menembakkan anak panah terakhirnya dan diumumkan menduduki klasemen pertama BK PON Aceh Sumut.

“Alhamdulillah bangga. Mungkin itu rezeki Sakti, karena coach nya juga menyebut ini membuka sejarah baru di Tarakan. Baru pertama kali mendapatkan medali emas di kualifikasi PON,” tukasnya.

Yunita terus melakukan konsultasi dan evaluasi hasil latihan Sakti ke pelatihnya dan Perpani Tarakan untuk terus berbenah. Ia juga terus memantau aktivitas latihan Sakti dengan setiap harinya menembakkan 300 anak panah untuk kemudian dilaporkan dengan pelatih yang ada di Tarakan. Target harian Sakti ini terus bertambah yang juga dibarengi dengan latihan fisik.

“Sakti di sini (Samarinda) tetap kerjakan program. Ya sama-sama pelatih di Tarakan dan Samarinda itu saling calling. Kita juga sudah menyatakan siap jika sewaktu-waktu Sakti diminta untuk ke Tarakan lagi,” tandasnya.

Senada dengan orang tua Sakti, pelatih Panahan asal Tarakan, Andi Prasetio menilai Sakti adalah anak yang ulet dan cepat menangkap teori pembelajaran. Ia juga sudah menjadwalkan 6 bulan latihan sebelum menuju BK PON.

Setiap bulannya, Perpani Tarakan juga memprogramkan TC ditingkat kota. Prasetio menilai progres latihan Sakti dari bulan ke bulan terus meningkat, sehingga tak heran jika ia berada di peringkat teratas seleksi menuju BK PON. Pada Agustus dan September 2023, Sakti dilatihnya dengan keras dan optimis.

Awalnya, ia tak menarget emas ada di tangan Sakti sebelum berangkat ke BK PON. Namun, ia bangga, Sakti dapat membuktikan dan memberikan sumbangsih emas untuk Kaltara.

“Padahal sempat demam dia. Tapi bisa diatasi, Alhamdulillah bisa dikalahkan sakitnya itu,” katanya.

Lawan tanding Sakti juga tak main-main, Prasetio mengaku Sakti memiliki prinsip saat berada di lapangan pertandingan. Sakti tak mau menganggap bahwa ia tengah berkompetisi dengan orang lain, yang Sakti yakini ia tengah berkompetisi dengan dirinya sendiri.

“Itu mental Sakti cukup kuat. Apalagi dia atlet baru, sekitar setahunan. Dia juga tidak dikenal orang sebelumnya, di event daerah apalagi nasional itu tidak dikenal. Makanya pas bertanding dia tidak menanggung beban,” ungkap Prasetio.

Dalam membimbing Sakti, Prasetio tak mendapati kesulitan lantaran Sakti yang aktif bertanya dan berbenah diri. Namun, Sakti harus terus belajar agar menghindari cidera saat bertanding dan latihan. Bahkan, Sakti sudah empat kali cidera dan harus mengikuti terapi agar bisa memegang busur panah kembali.

Sebagai pelatih, ia juga memperhatikan betul kondisi atlet-atletnya. Berbagai persediaan obat-obatan dan vitamin tak luput dari pengawasannya.

Prasetio menceritakan, saat BK PON di Bogor, Sakti mampu mengalahkan 8 atlet sekaligus pada seper 64, seper 32, seper 16, seper 8 seper 4, semi final dan final dengan total 7 kali bertanding. Pada perempat final hingga babak final, terdapat hal menarik, yakni Sakti yang bertemu dengan pemanah unggulan asal Jawa Tengah yang memang langganan juara di Indonesia.

“Jadi poinnya tidak pernah kalah si Sakti ini. Kita juga tidak nyangka, kondisi lemas dan sakit masih bisa fokus begitu. Rezeki juga untuk Kaltara yang selama ini jarang dapat tiket PON di panahan alhasil bisa kita dapatkan,” ujarnya.

Pihaknya pun terus mempersiapkan atlet dalam menuju ajang olahraga bergengsi yang akan digelar sekitar Oktober 2024 di Aceh. Saat ini terdapat 5 atlet menuju PON dan diraih oleh Annisa Devika Sahriati di kelas recurve individu jarak 70 meter menduduki nomor 10 di klasemen, Ashila Mutia Pratiwi, Dzakia Amalia Putri dan Dzakira Aulia Putri di nomor divisi nasional jarak 40 meter beregu putri mendapatkan perunggu dan Pradipta Sakti Nugraha yang lolos dari Divisi standar nasional jarak 40 meter individual putra mendapatkan medali emas.(rm)

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2637 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *