benuanta.co.id, TARAKAN – Kebun Raya Anggrek Tarakan yang diperuntukkan sebagai tempat rekreasi bagi penyuka tanaman hias khususnya anggrek tidak terlihat lagi. Kini kondisinya cukup memprihatinkan.
Selain sebagai pusat pelestarian keanekaragaman hayati. Tempat tersebut menjadi salah satu fasilitas pendidikan bagi siswa maupun mahasiswa untuk mengenal tanaman hias dari jenis suku tanaman anggrek.
Sekretaris Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi (FKIP) Universitas Borneo Tarakan (UBT), Nursia, menjelaskan masa depan Taman Anggrek tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Tarakan. Tetapi keterlibatan akademis dan pihak sponsor dibutuhkan jika mengharapkan pengembangan yang lebih baik.
Nursia menuturkan, lahan tersebut tidak harus berfokus pada tanaman anggrek. Tetapi, jenis tumbuhan lain yang dapat ditujukan sebagai salah satu pusat koleksi tumbuhan langka Kalimantan, pusat penelitian, dan konservasi di luar habitat.
Menurut Nursia, Kebun Raya Anggrek bisa dimanfaatkan dan dikembangkan melalui hasil penelitian dosen ataupun mahasiswa khususnya tumbuhan. Nantinya melalui penelitian ini dapat dibudidayakan di Kebun Raya Anggrek untuk melengkapi koleksi kebun tersebut.
“Kebun botani lebih tepat disematkan pada kawasan tersebut,” ucap Nursia.
Hal lainnya juga bisa dimanfaatkan untuk wisata alam atau rekreasi agar pengunjung teredukasi ketika datang di lokasi ini. Namun, tumbuhan koleksi yang dipelihara harus diberikan keterangan nama tumbuhan dan informasi lain yang berguna bagi pengujung.
“Perpustakaan dan awetan berupa herbarium (tanaman yang diawetkan) juga sangat bagus sebagai dokumentasi untuk keperluan sarana penelitian dan pengembangan pendidikan,” tandasnya.
Terpisah, Dosen Asisten Ahli, Prodi Agroteknologi Universitas Borneo Tarakan (UBT), Nurul Chairiyah mengatakan kebun raya anggrek berpotensi sebagai atraksi wisata di Kota Tarakan. Apalagi bisa mengkoleksi beberapa awetan bunga anggrek, sehingga masyarakat bisa mengetahui anggrek apa saja yang dimiliki oleh Kota Tarakan.
“Pada status konservasi resmi, ada dua tanaman anggrek yang bisa dikatakan tidak masuk pada endemik tapi memiliki potensi,” ungkap Nurul.
Kondisi Kebun Raya Anggrek yang saat ini memprihatinkan turut dinilai Dosen Asisten Ahli, Prodi Argoteknologi UBT, Nurul Chairiyah perlu dibenahi. Ia mengusulkan pembangunan Kebun Raya Anggrek untuk memprioritaskan konservasi ex situ atau di luar habitat aslinya, dalam menyelamatkan tanaman anggrek langka dari pembalakan liar dan pembukaan lahan secara besar-besaran.
Desain ideal untuk pemugaran Kebun Raya Anggrek, berdasarkan hasil penelitian Universitas Kristen Petra (UKP), yakni intensitas pencahayaan dan kelembapan harus diperhatikan agar pertumbuhan tanaman optimal.
Selain itu kebun anggrek yang diusulkan tidak hanya berfungsi sebagai green house, tetapi juga mencakup laboratorium untuk penelitian, desain ruang pameran, ruang untuk koleksi awetan anggrek, dan ruang istirahat.
Pembangunan Kebun Raya Anggrek dapat berpotensi sebagai wisata edukasi juga tempat wisata argo eco tourism. Atau hematnya, mengkombinasikan aspek sektor pertanian melalui peran agribisnis dan agrobisnis yang dibarengi pemanfaatan sektor wisata.
“Mungkin nama taman anggrek juga bisa diganti, karena tidak sepenuhnya dipenuhi dengan tanaman anggrek. Mungkin bisa menggunakan kebun botani, atau kebun koleksi anggrek. Atau lebih tepat bisa menggunakan nama daerah langsung, seperti Kota Samarinda yang menggunakan nama Kersik Luway,” jelasnya.
Dalam sudut pandang akademisi, kebun raya anggrek dapat dimanfaatkan untuk kegiatan praktik para siswa dan mahasiswa di bidang pertanian dan pendidikan biologi, terutama mata pelajaran kultur jaringan. Selain itu, keberadaan Kebun Raya Anggrek dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konservasi dan memulai tindakan nyata untuk menjaga lingkungan hidup.
Untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup, harus ada kesadaran pribadi untuk mencintai lingkungan, baik flora maupun fauna. Pembangunan Kebun Raya Anggrek harus menjadi bagian dari upaya konservasi ex situ dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut harus ditanamkan sejak dini kepada masyarakat.
“Sayang sekali jika harta karun dibiarkan begitu saja, karena bagi para siswa dan mahasiswa, pembelajaran bukan hanya bersifat teori, tetapi juga harus dilakukan dengan praktik. Pembangunan kebun raya anggrek dapat menjadi sarana pembelajaran yang efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konservasi dan menjaga lingkungan hidup,” tandasnya. (*)
Reporter: Okta Balang
Editor: Yogi Wibawa