TAK ada yang instan dalam meraih kesuksesan dalam karir. Pasti ada tantangan dan rintangannya. Hal itulah yang dialami perempuan cantik berdarah Maluku yang satu ini. Dia punya cita-cita menjadi anggota Polri, namun langkahnya tak semudah membalikkan telapak tangan. 3 kali gagal tes Polri hingga akhirnya lolos akademi kepolisian (Akpol) tahun 2018. Simak ulasan benuanta.co.id usai wawancara eksklusif dengan perempuan kelahiran 1994 tersebut.
Penulis: Endah Agustina
Sri Djayanti, anak pertama dari tiga bersaudara. Merupakan darah campuran dari orang tuanya berdarah Maluku dan Jawa. Dia memulai perjuangan mewujudkan cita-citanya pada 2012 lalu. Kala itu Sri, sapaan akrabnya, mencoba keberuntungan mengikuti tes Polwan Bintara Polri. Tes hingga tahun 2014 di Ciputat, Jakarta Selatan, Sri harus bersabar karena hasil tesnya gagal.
Bukannya putus asa, Sri memutuskan mengikuti tes akademisi kepolisian (Akpol) di tahun 2014 di Semarang. Kabar baik dan baru, Sri dinyatakan lolos Akpol. Empat tahun Sri berkutat dalam pendidikannya. Selesai tahun 2018 dengan gelar perwira pertama tingkat satu atau disebut Inspektur Polisi Dua (IPDA).
Tugas kedinasan pertama dijalani Sri dengan pangkat IPDA di Kepolisian Daerah (Polda) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) di tahun 2018. Satu bulan pertama dinas, Sri tak memegang jabatan apa-apa di Polda Kaltara. Hingga akhirnya Sri disiagakan di Direktorat Intelejen Subdit I Polda Kaltara hingga Agustus 2021.
Rotasi organisasi di tubuh Polri khususnya di Polda Kaltara, Sri dipercaya bertugas di Polres Tarakan sebagai kepala unit (Kanit) Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA). 9 bulan sebagai kanit PPA, Sri menduduki jabatan sebagai Kaur Bin Ops (KBO) Satreskrim Polres Tarakan.
Bak gayung bersambut, 4 tahun setelah lulus dari Akpol, pada tahun 2022, Sri naik pangkat dari IPDA menjadi Inspektur Polisi Satu (IPTU) dengan balok dua pada bahu seragam Korps Bhayangkara miliknya. Resmi berpangkat IPTU, Sri pun dilantik oleh Kapolres Tarakan dimasa itu, AKBP Taufik Nurmandia sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kawasan Pelabuhan Polres Tarakan yakni mulai Juli 2022.
“Tes Akpol itu baru pertama kali. Alhamdulillah tes di wilayah lulus dan pusat lulus. Masuk pendidikan empat tahun,” ujar polwan berusia 29 tahun ini.
Sri mengingat kembali bagaimana perjuangannya sebelum menjadi polwan, di lingkungannya tempat tinggal hingga keluarga mencibir karena belum bisa lulus tes Bintara Polwan Polri waktu itu. Bahkan, Sri nyaris putus asa karena menghadapi tekanan sekitarnya. Beruntung, kedua orang tua Sri mampu memberikan dukungan dan semangat kepada dirinya sebagai anak perempuan pertama agar menggapai cita-citanya.
“Karena cita-cita pertama memang polisi tidak kepikiran bahkan tes akpol karena yang lulusnya langsung jadi perwira. Ya sempat dikatain bodoh sama teman seperjuangan juga yang sudah lulus karena kan tes Bintara sampai tiga kali. Dikatain juga tidak perawan. Saya diomongin dikatain tidak bisa sukses juga,” kenangnya.
Polwan cantik berjilbab ini mengakui mendapati tantangan yang tak mudah sebagai anggota Polri. Terlebih, kodratnya sebagai wanita yang harus pandai beradaptasi serta menjaga sikap agar terlihat sebagai perempuan bermartabat. Salah satu tantangan sebagai Polwan tersebut mampu dijawabnya dengan hijab yang ia pakai sejak 2021 akhir. Meski saat penempatan tugas pertama ia sudah memiliki niat besar untuk berhijab. Alasan lain, Sri juga dihadapkan pada pilihan bahwa polisi wanita identik dengan rambut pendek.
“Ya tidak semudah itu. Karena orang bilang Polwan identik rambut pendek. Ya itu saya meyakinkan diri. Biarpun berhijab kita tetap Polwan. Kita tidak usah pedulikan kata orang yang kadang-kadang bilang kurang cocok. Ya Alhamdulillah lebih baik. Rezeki makin lancar juga,” sambungnya.
Dari segudang pengalaman pahit hingga manisnya perjuangan dirinya sebagai perempuan berkarir, ia berpesan agar sebagai wanita tak mudah putus asa. Terlepas dari stigma orang awam bahwa perempuan makhluk yang lemah tak menjadikan alasan untuk tak dapat berdiri di atas kaki sendiri. Kegagalan adalah hal yang biasa, namun keberanian dalam terus mencoba menjadikan perempuan dapat lebih bersuara untuk bangkit.
Hampir setahun sebagai Kapolsek KSKP, Sri bersama jajarannya mampu menorehkan prestasi dalam pengungkapan kasus di wilayah hukumnya di antaranya penyelundupan produk ilegal, penggelapan uang, dan praktik judi togel. Salah satu pengungkapan besarnya, ia menguak sindikat penyelundupan kosmetik ilegal yang tersangkanya merupakan sepasang suami istri. Dalam pengungkapan besarnya ini ia berhasil menyita 10.507 pcs kosmetik ilegal yang rencananya akan dikirimkan ke luar wilayah Kaltara.(end/ram)