benuanta.co.id, TARAKAN – Sejak Rabu (2/11/2022) kemarin para Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Nunukan dan Malinau mengikuti kegiatan penginputan Nilai Indeks Profesionalitas (IP) Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Kaltara.
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan dan Informasi Pegawai BKD Provinsi Kaltara, Marmo menjelaskan data tersebut akan tercatat di pemerintah pusat.
“Dan IP-ASN ini masuk dalam reformasi birokrasi. Kebetulan aplikasi yang untuk menginput nilai dari pusat yaitu mySAPK itu akan di cut off pada akhir bulan November ini makanya kita kejar di bulan november ini kita harus segera mengisi IP-ASN lalu setelah selesai cut off dari pusat ini dimigrasikan ke aplikasi SIASN,” kata Marmo Kamis (3/11/2022).
Pihaknya juga mengatakan, peserta ikut kegiatan IP-ASN dari pengurus Kepegawaian yang ada di sekolah dan UPT Kabupaten Malinau sama Kabupaten Nunukan.
“Jadi nilainya nanti setelah selesai input IP-ASN kita akan ekspos di grup Kepegawaian cek nilai masing-masing PNS. Paling tinggi skor 90 hingga 95 itu sudah pendidikan S-3 sudah ikut diklat kinerja SKP-nya bagus tidak ada hukdis,” ungkapnya.
Selama pelaksanaan IP-ASN data para Aparatur Sipil Negara sudah memenuhi target yang ditetapkan BKD Kaltara.
“Karena kita rutin mulai melaksanakan dari tahun 2019, cuman karena continue tiap tahun harus punya pembaruan untuk tahun ini kita selesaikan,” bebernya.
Kemudian diungkapkannya selama pelaksanaan IP-ASN data para Aparatur Sipil Negara yang telah terinput mencapai 70 persen.
“Mungkin sekitar 70 persenan cuma ada kendala yaitu dalam kompetensi ada kesenjangan. Nah di situlah semestinya jadi pengukuran. Sebagai contoh BKD itu ada beberapa pegawai yang tidak mempunyai sertifikat khusus dan diklat. Ini menjadi acuan kepala BKD, ternyata bahwa PNS harus mengikuti diklat tersebut dan itulah inti namanya profesionalitas,” tuturnya.
Bahkan kesenjangan antar pegawai itulah yang BKD Kaltara sedang berupaya membantu Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
“Kalau untuk IT mungkin ke Diklat jaringan, barang dan jasa sedang diupayakan kesenjangan tersebut bisa diatasi bukan hanya sekadar nilai, kalau nilai kompetensi saya kurang berarti harus ikut seminar atau saya harus ikut diklat,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Yogi Wibawa