benuanta.co.id, TARAKAN – RSUD dr. H Jusuf SK merupakan satu-satunya RSUD di Kalimantan Utara (Kaltara) yang mampu melayani terapi pasien stroke menggunakan trombolisis. Trombolisis sendiri adalah salah satu metode penanganan stroke iskemik dengan cara memecah gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di dalam otak.
Penanganannya sendiri dengan memasukan obat ke dalam infus untuk meminimalisir sel-sel otak yang mati.
Dokter spesialis saraf RSUD dr. H Jusuf SK, dr. Johannes, Sp.N., mengatakan terapi sudah cukup masif berjalan di RSUD dr. H Jusuf SK. Sebenarnya, terapi trombolisis ini juga sudah berjalan sejak 3 tahun terakhir.
Bahkan RSUD dr. H Jusuf SK telah mendapatkan tugas pengampuan dari Kemenkes RI untuk tindakan stroke.
“Bulan April lalu itu ada yang kita tangani. Hasilnya bagus dan lancar,” katanya, Jumat (24/5/2024).
Dilanjutkannya, dulu RSUD dr. H Jusuf SK bekerjasama dengan Tim NGO Angeles dari luar negeri untuk memberikan pelatihan soal penanganan stroke. Namun, saat ini penanganan stroke menjadi salah satu dari 10 program dari Kemenkes RI.
“Makanya beberapa tahun ini sudah mulai masif. Karena penderita stroke cukup tinggi, dengan adanya trombolisis ini bisa mengurangi pembiayaan. Karena pasien bisa lebih ringan keluar rumah sakit,” jelasnya.
Penanganan terapi trombolisis sendiri sudah bisa dikerjakan oleh dokter umum maupun dokter syaraf di RSUD dr. H Jusuf SK. Namun, butuh alat CT Scan untuk menganalisis kondisi sumbatan di otak. Jika terdapat pendarahan maka trombolisis tidak bisa dilakukan.
“Saat ini yang ada CT Scan cuma ada di RSUD dr. H Jusuf SK dan RS Pertamina. Tapi tidak tahu apakah tenaga disana sudah dapat pelatihan untuk penanganan konstruk (protokol pasien stroke),” tuturnya.
Saat ini, baru terdapat terapi trombolisis untuk penanganan pasien stroke. Dipastikan ke depannya, RSUD dr. H Jusuf SK akan mengembangkan penanganan untuk pasien stroke. Seperti, trombektomi atau penyedotan gumpalan darah yang masuk ke pembuluh darah, lalu ada penanganan pembekuan darah pada otak menggunakan tembaga dan penanganan dengan tindakan operasi.
“Trombektomi alatnya sudah ada tapi dokternya masih sekolah, ya kemungkinan bulan 4 tahun depan (2025) dokternya sudah selesai sekolah,” pungkasnya. (adv)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa