benuanta.co.id, Tarakan – Berprofesi sebagai seorang guru harus memiliki keterampilan dan kesabaran yang lebih. Apalagi menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus. Seperti yang dijalani Dian (38) yang telah mengabdikan diri sebagai pengajar anak autis selama 10 tahun.
Di sekolah ini, jam pelajaran terbagi menjadi dua shiff. Pertama pukul 09.30 sampai dengan pukul 12.00 siang, selanjutnya pukul 12.00 sampai dengan pukul 15.30 sore.
“Awal saya belum ada keberanian melamar guru, bahwa saya juga butuh pekerjaan tapi dengan begitu ikut dalam pendidikan dan masuk sebagai guru langsung ditempatkan di kelas ini. Niatan hati juga dapat membantu anak-anak spesial yang memiliki kebutuhan khusus. Sampai sekarang, sudah nyaman di sini,” ucap Dian (14/5).
Meski awalnya hanya menjadikan status mengajar sebagai batu loncatan dalam karirnya, kini ia justru banyak mendapat pelajaran dari anak didiknya di kelas autis.
“Kalau ditanya kenapa masih bertahan, mungkin karena berat meninggalkan mereka. Meski satu atau dua tahun pertama merasa tidak sanggup, tahun ke tiga sudah merasa sayang anak-anak ini,” ungkapnya.
Namun diakuinya, saat memberikan pelajaran di kelas memang dibutuhkan kesabaran luar biasa menghadapi berbagai macam tingkah laku muridnya.
“Tapi ya itu, setelah mendalami ternyata mengasikkan mengajar anak autis ini. Kita dituntun banyak gerak, tidak monoton, dan harus mengikuti irama mereka juga,” paparnya.
Adapun harapan untuk agar semua masyarakat, Pemerintah terutama bagi di sekitaran sekolah juga dapat memberikan dukungan pada pendidikan bagi anak luar biasa.
“Kemudian untuk orang tua siswa-siwa kami harus tetap bersemangat, karena mereka ini titipan. Mari berkolaborasi terus merawat mereka,” ajak Dian. (*)
Reporter : Rewinda Karinata
Editor: Nicky Saputra