Menyelami Kedalaman Kondisi Pertanian Tana Tidung

Penulis: Stevanus Ronaldo S.Tr.Stat
Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Tana Tidung

Tana Tidung merupakan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara yang menawarkan pemandangan alam menakjubkan, ditandai dengan lebatnya hutan hujan Kalimantan dan jernihnya mata air pegunungan. Begitupun perairan sungai Tana Tidung yang luas memungkinkan pengunjung dapat menjelajahi hutan belantara yang masih murni sembari mengamati keanekaragaman flora dan fauna di sepanjang tepinya. Pelayaran sungai juga mampu memberikan wawasan tentang praktik penangkapan ikan tradisional dan kehidupan sehari-hari masyarakat tepi sungai.

Daerah ini memiliki beragam praktik pertanian, yang mencerminkan keragaman geografi dan percampuran budaya di dalamnya. Penerapan metode bertani secara tradisional berdampingan dengan teknik pertanian modern telah familiar, dengan melayani kebutuhan subsisten dan komersial. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 Tanaman utama yang dibudidayakan tahun 2023 antara lain ubi kayu, kelapa sawit, padi ladang, cabai rawit, cempedak dan durian lai. Sedangkan di sektor peternakan ada budidaya walet dan ayam kampung. Semua komoditas tersebut adalah yang paling banyak diusahakan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap lanskap pertanian.

Baca Juga :  Jangan 'Alergi' dengan Pers

Meskipun memiliki potensi besar di bidang pertanian, Tana Tidung menghadapi beberapa tantangan yang menghambat produktivitas optimal dan keberlanjutan. Deforestasi yang terutama disebabkan oleh perluasan perkebunan kelapa sawit dan aktivitas penebangan kayu merupakan ancaman besar terhadap keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologi di wilayah ini. Konversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan tidak hanya mengurangi habitat fauna endemik yang ada tetapi juga memperburuk masalah seperti erosi tanah dan polusi air. Selain itu, ditemukan beberapa kasus kebakaran hutan yang kerap berkaitan dengan praktik pembukaan lahan, tidak hanya menyebabkan degradasi lingkungan yang parah juga menghasilkan asap yang mengganggu kesehatan pernapasan masyarakat dan satwa di sekitarnya.

Sektor pertanian di Tana Tidung erat kaitannya dengan dinamika sosial ekonomi masyarakat, sehingga mempengaruhi penghidupan ribuan keluarga, khususnya masyarakat pedesaan. Petani kecil di daerah pedesaan adalah tulang punggung produksi pertanian, yang memasok sumber pangannya dari hasil pertanian sendiri. Kondisi pertanian yang memanfaatkan lahan kecil dengan metode tradisional menghasilkan produksi dan produktivitas yang rendah. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023, ada sekitar 43,89 persen rumah tangga pertanian di Tana Tidung masuk kategori usaha pertanian gurem. Istilah gurem sendiri berarti usaha pertanian yang menguasai lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar, tidak termasuk lahan kegiatan budidaya di laut atau perairan umum.
Hal ini diperparah dengan terbatasnya akses terhadap sumber daya seperti kredit, teknologi, dan infrastruktur pasar. Selain itu, dominasi agribisnis skala besar, khususnya di sektor kelapa sawit, telah menimbulkan kekhawatiran mengenai hak kepemilikan lahan, kondisi tenaga kerja, dan kesenjangan pendapatan. Menyeimbangkan kepentingan petani kecil, masyarakat adat, dan entitas korporasi sambil mendorong pembangunan berkelanjutan merupakan tugas berat bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan. Ditambah data petani milenial yang merupakan salah satu indikator tingkat regenerasi di sektor pertanian menunjukkan bahwa ada sekitar 30,76% petani usia 19-39 tahun yang tidak menggunakan teknologi digital. Padahal teknologi digital sangat membantu meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Teknologi digital sendiri mencakup penggunaan alat dan mesin pertanian modern (alsintan) modern, penggunaan internet/telepon pintar, penggunaan drone, dan/atau kecerdasan buatan.

Baca Juga :  Jangan 'Alergi' dengan Pers

Pertanian Tana Tidung pada akhirnya berdiri pada persimpangan jalan, menghadapi tantangan yang berat dan juga peluang yang menjanjikan. Menjawab permasalahan yang kompleks ini diperlukan pendekatan holistik yang menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan pengelolaan lingkungan dan keadilan sosial. Dengan membina kemitraan, mendorong inovasi, menerapkan pembangunan berkelanjutan, mengoptimalkan kinerja petani milenial yang memanfaatkan teknologi mutakhir, dan dukungan penuh dari pemerintah, niscaya Tana Tidung dapat mewujudkan potensi pertaniannya sekaligus menjaga warisan alamnya untuk generasi selanjutnya. Seperti ungkapan dari Masanobu Fukuoka “Pertanian sejati bukanlah hanya tentang tanam menanam, melainkan tentang menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan yang berkelanjutan”.(**)

TS Poll - Loading poll ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *