“LANSIA”, Bonus Demografi atau Tantangan Tersendiri?

Penulis: Ferika Ainun Nisa’, S.Tr.Stat
Statistisi Ahli Pertama BPS Provinsi Kalimantan Utara

Ageing Population atau penuaan penduduk adalah fenomena yang merupakan dampak dari keberhasilan pembangunan, yang mana angka harapan hidup akan meningkat dikarenakan sanitasi, layanan kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan ekonomi yang semakin membaik sehingga meningkatkan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya penduduk lansia di suatu negara. Merujuk pada Undang-undang nomor 13 tahun 1988, lansia diartikan sebagai penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

UNFPA mengatakan jika secara global jumlah penduduk lansia mencapai 12,3 persen, sedangkan pada tahun 2050 diproyeksikan akan melonjak hampir 22 persen. Lalu bagaimana dengan lansia di Indonesia?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2014 hingga 2022 persentase lansia Indonesia terus mengalami peningkatan sehingga menjadi 11,75 persen. Begitu juga dengan umur harapan hidup yang juga meningkat menjadi 71,85 tahun pada tahun 2022. Artinya setiap penduduk yang lahir di tahun 2022 berharap akan dapat hidup hingga usia 71 s.d 72 tahun. Akankah fenomena penuaan penduduk di Indonesia ini menjadi bonus demografi ataukah sebaliknya yaitu menjadi sumber munculnya tantangan yang harus dihadapi?

Bonus demografi adalah sebuah kondisi dimana lansia masih dalam kondisi produktif dan dapat berkontribusi dalam perekonomian negara. Menjadi lansia yang aktif dan dapat bekerja dapat dianggap sebagai lansia mandiri dan juga berdaya guna. Namun, mayoritas lansia yang bekerja bukan karena mandiri tapi karena keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya lansia yang menjadi tulang punggung keluarga terutama menjadi kepala keluarga.

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2023 menunjukkan bahwa 53,93 persen lansia masih bekerja, 40,66 persen diantaranya memiliki tingkat pendidikan kurang dari SD. Padahal secara umum tingkat pendidikan memiliki korelasi positif dengan gaji yang akan didapatkan. Memiliki pendidikan tinggi berarti memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan tentu akan berpengaruh ke besaran gaji yang didapatkan. Namun teori ini mungkin kurang menguntungkan bagi lansia Indonesia karena keterbatasan akses terhadap fasilitas pendidikan di masa lalu. Sehingga pekerjaan yang bisa dimiliki oleh lansia sangat terbatas, seperti pekerjaan di sektor pertanian atau pekerja informal, bahkan pekerjaan yang didapatkan mungkin tidak tercakup dalam perlindungan ketenagakerjaan.

Tak hanya pada sisi Pendidikan, kapasitas fisik individu secara alami, akan menurun seiring bertambahnya usia. Secara umum, Kondisi fisik lansia yang semakin menurun akibat proses penuaan akan menyebabkan lansia lebih sering mengalami keluhan Kesehatan. Keluhan kesehatan yang dialami oleh lansia tentu akan mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga lansia akan lebih membutuhkan dukungan dari orang terdekat untuk dapat melakukan aktivitas sehari harinya.

Potret lansia Indonesia pada masa sekarang tentu akan memberikan dampak ke masa depan. Merangkul pemerintah maupun masyarakat untuk turut serta mengatasi kondisi lansia menjadi pijakan awal untuk meningkatkan kesejahteraan lansia di masa mendatang. Peningkatan investasi dalam bidang pendidikan dan pemerataan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat sehingga nantinya akan berdampak pada tingkat pendidikan lansia. Pemerataan fasilitas Kesehatan maupun pemberian jaminan kesehatan juga diperlukan guna membantu mengurangi keluhan Kesehatan lansia.

Jika keberhasilan pemerintah dalam bidang pendidikan dan kesehatan ini terwujud, sudah barang tentu akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan lansia di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan dukungan penuh dari pemerintah dalam meningkatkan dan memeratakan kesehatan dan pendidikan

Selain program pemerintah, dukungan keluarga juga diperlukan. Kehadiran keluarga berdampak positif bagi lansia. Stigma negatif terkait lansia harus segera dihilangkan. Lansia bukanlah beban melainkan orang yang terhormat dan dapat aktif berkontribusi sebagai bagian dari masyarakat.

Bagi penduduk usia produktif, diharapkan dapat tetap menjaga kesehatan fisik, mental maupun finansial agar tidak akan ada kata ‘merepotkan’ di masa tua nanti. Harapannya dimasa depan lansia bukan lagi menjadi objek yang tak berdaya, melainkan menjadi subjek yang berdaya, sehingga dapat terus berkontribusi dalam pembangunan ekonomi. Sehingga lonjakan penduduk lansia di masa mendatang merupakan suatu bonus demografi yang dapat kita nikmati.(*)

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2633 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *