Mantan Bandar Sabu Blak-blakan

SABU atau yang biasa disebut sebagai “Garam Filipin” oleh Delta (bukan nama sebenarnya) seorang mantan bandar sabu, mengisahkan oknum penegak hukum tak jarang terlibat memuluskan peredaran barang haram tersebut dari Filipina masuk ke Indonesia melalui jalur perbatasan Kalimantan Utara (Kaltara).

Delta yang telah menggeluti perannya sebagai pebisnis sabu selama 4 tahun, kini memutuskan hijrah dari dunia kelamnya, mengisahkan masa lalunya kepada benuanta.co.id. Garam Filipin yang biasa sebagai kode oleh sesama pengedar maupun pemakai itu selalu dibayangi oleh pihak yang disebutnya aparat. Bayang – bayang aparat itu bukan lagi soal kekhawatiran para pengedar. Namun, sebagian aparat yang terlibat dalam bisnis terlarang ini mengambil peranan penting sebagai pengamanan dalam memasukan barang ke wilayah-wilayah Kaltara, tak terkecuali Kota Tarakan.

Selain bertugas sebagai pengamanan, oknum tersebut juga berperan sebagai pemberi informasi, maupun penjemput barang haram tersebut. Bandar akan menerima informasi dari oknum aparat jika akan terjadi operasi maupun penggerebekan, “Jangan kasih gerak barang dulu,” ucapnya sembari mengingat pengalamannya sebagai pengedar. Pada momen tertentu seperti kedatangan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, para bandar akan diperintahkan untuk tidak menurunkan Garam Filipin. Hal tersebut sudah pasti akan penuh risiko. Selain itu, dalam menjalankan bisnis ilegel ini, Delta selalu menghindari hutang kepada para bandar. “Jangan berharap aman jika memiliki tanggungan atau utang kepada bandar,” ungkapnya.

Hutang akan menghambat peredaran bisnis barang haram, hal tersebut dianggap merugikan bandar narkoba. Guna menyelesaikan permasalahan tersebut, pemegang bisnis Garam Filipin biasanya melaporkan kejadian tersebut kepada oknum yang membekinginya. Sebaliknya, jika peluncur terbaiknya tertangkap, bandar akan menjamin kebebasannya.

“Saya paham kejadiannya, misal Polisi menangkap si Botak lantaran dia belum melunasi hutangnya kepada bandar. Alhasil, Botak meringkuk di Hotel Prodeo. Berbeda, bandar akan royal jika peluncur kesayangannya tertangkap, ia akan berusaha menjamin dari tangkapan petugas tunggu saja dua hari pasti akan keluar,” terangnya.

“Pokoknya, kalau peluncur tertangkap berarti dia punya hutang sama bandar. Jadi laporanya ke oknum yang biasa ia beri jatah petugas yaitu ‘selesaikan ya’,” lanjutnya meniru ucapan salah seorang rekan bandarnya, kala itu.

Sebelum Garam Filipin tiba di wilayah kota yang memiliki julukan Bumi Paguntaka (sebutan lain Kota Tarakan), barang haram tersebut berkelana melewati dua negara, dengan melewati proses panjang perjalanan melalui jalur perairan. Ubas atau biasa dikenal sabu akan transit sementara di sejumlah perairan yang minim pengamanan petugas. Tanjung Daun dan Tanjung Aus hingga Perairan Bunyu menjadi saksi bisu lalu – lalang sejumlah jaringan penjual dadah.

“Jaringan Malaysia akan berkomunikasi kepada bandar yang di Tarakan jika barang tersebut sudah tiba di tempat yang ditentukan. Nanti, akan ada anggota dalam jaringan yang akan menjemput sabu, biasanya terdiri dari dua orang, di antaranya oknum petugas dan salah satu dari peluncur,” kenangnya.

Mesin tempel 200 PK body ringan kerap dijadikan sebagai kendaraan lintas perairan, karena dianggap tangguh dan memiliki kecepatan tinggi. Delta membenarkan jika wilayah pesisir menjadi pintu masuk peredaran dadah, titik awalnya berada di wilayah daerah perikanan kemudian di sebarkan ke daerah Juata, tak jarang Kristal mematikan tersebut di antar oleh oknum aparat hingga sampai ke tangan bandar.

Bagi pemain di bisnis gelap, JP atau Jatah Petugas adalah hal biasa. Bagi oknum yang berpangkat rendah, biasanya menerima JP sebesar Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per dua hari. Sementara, untuk oknum yang berpangkat tinggi, akan ambil jatah pada momen tertentu, seperti H-1 Idul Fitri, Natal, maupun Tahun Baru. Tak tanggung-tanggung, bandar JP besar setorannya bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp50 juta.

Dikisahkan Delta, di suatu sore bulan puasa. Sebuah mobil patroli terparkir di antara gang yang kerap dijadikan tempat transaksi Garam Filipin. Puluhan pasang mata yang penasaran terus memperhatikan pemandangan yang tidak biasa.

“Mobil dinas tersebut hanya terparkir, anehnya tak satu pun orang di dalamnya menunjukkan aktivitas. Selang berapa menit, seorang anggota jaringan narkotika keluar dengan tatapan mata liar sambil memberikan amplop kepada oknum petugas. Mungkin orang itu minta diuruskan untuk membuat KTP,” ucap Delta sambil tertawa.

Bagi kalangan pengguna narkoba di Kota Tarakan, Jalan Aki Balak adalah market yang tengah populer saat ini. Pelayanan yang diberikan jaringan tersebut, selain porsi yang memuaskan, kualitas rasanya tidak bisa diragukan. Berbeda di Kelurahan Selumit Pantai atau biasa dikenal Gang Timbunan, penagih dadah sering dirugikan atas sikap curang para jaringan ataupun preman yang berjaga di daerah tersebut.

“Sejumlah gang di samping STM tengah tranding di kalangan para pengguna barang haram. Kini, pamor Timbunan semakin meredup dan hilang kepercayaan oleh para langganannya lantaran kerap ditipu oleh para penjual. Terkadang saat dicoba ternyata rasanya busuk, terkadang dicampur tawas. Belum lagi aksi pemalakan yang kerap terjadi di pintu keluar, di mana si pemalak mengeledah si pembeli lalu merampas sabu yang barusan dibeli. Hal tersebut menciptakan kondisi tidak aman bagi si pengguna,” kisahnya.

Delta menuturkan, barang haram tersebut berasal dari Filipina itu sebabnya dinamakan Garam Filipin. Masih terekam jelas di ingatannya, peredaran sabu melewati Lahad Datu, yang merupakan negara bagian Sabah, Distrik Tawau, Malaysia. Adapun rute pengirimannya mulai Filipina, Lahad Datu, Sungai Nyamuk, transit sejenak di tambak, kemudian menyebar di Kota Tarakan.

“Dalam menjalankan bisnis barang haram, kepercayaan adalah modal utama. Orang Filipin senang berbisnis dengan orang yang bisa menjaga kepercayaan. Setidaknya, saya pernah berurusan langsung dengan jaringan Filipina. Crystal Meth diberangkatkan menggunakan pete-pete dari Filipina menuju negara Malaysia. Setibanya, jaringan narkoba mengantarkan barang legal tersebut di sebuah hotel yang telah disepakati,” kenangnya.

Sabu-sabu biasa diselundupkan ke dalam barang elektronik, makanan ringan, makanan, bahkan minuman ringan. Lolos atau tidaknya barang haram tersebut tergantung dari faktor keberuntungan. Petugas penjaga perbatasan sangat paham jika ada penyelundupan barang terlarang yang masuk ke Indonesia.

Delta menerangkan, sabu-sabu layaknya susu jika tercampur sedikit kotoran kualitasnya akan turun sehingga rasanya juga akan berubah. Selain itu, ada saatnya kualitas Garam Filipin menjadi buruk, hal tersebut terjadi lantaran bandar masih mempunyai tunggakan atau setoran yang diberikan tidak penuh.

“Karena kotoran setitik, rusak sabu sebelanga. Jadi, jika kualitas sabu mengecewakan berarti setoran bandar ke jaringan di Malaysia kurang lancer. Namun, jika kualitas barang bagus sudah pasti setoran lancar,” lanjutnya.

Meski pernah menjadi bagian dari bisnis haram itu, Delta pun ikut menyesali bila aparat penegak hukum tidak melakukan tindakan meski sudah mengetahui siapa saja pemanin di balik peredaran sabu tersebut.

“Aparat penegak hukum memiliki satuan tugas yang biasa memantau dilapangan, sudah pasti informasi tersebut sampai ke atasannya. Seharusnya segera ditindak, bagaimana jika ada keluarga dari oknum yang terjerumus menggunakan narkoba, bagaimana perasaannya,” kesalnya.

Sebagai mantan bandar yang berkiprah di bisnis haram selama 4 tahun, Delta mengaku meraup keuntungan besar dari hasil penjualan barang haram.

“Hanya bermodalkan Rp35 hingga Rp45 juta, keuntungan yang didapatkan bisa mencapai Rp60 juta,” kenangnya sambil menghela nafas.

Melihat peredaran narkoba yang semakin masif di Kota Tarakan, ia mengaku miris bahkan menyesali atas perbuatannya di masa lalu.

“Jika saya mengenang masa kelam, saya selalu gelisah. Itu sebabnya saya selalu hembuskan nafas jika mengenang peristiwa suram,” tutupnya. (***)

Reporter: Tim Redaksi

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2631 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *