benuanta.co.id, TARAKAN – Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (RI), Sakti Wahyu Trenggono mengunjungi Kalimantan Utara (Kaltara) guna meninjau lokasi yang digunakan nelayan bermukim. Kunjungannya ini dilakukan pada Kamis, 30 Maret 2023 kemarin di Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI ke delapan itu tiba di Kota Tarakan tepatnya di Kampung Nelayan Tanjung Pasir sekira pukul 18.07 Wita. Ia mendengarkan dan menyaksikan langsung permasalahan nelayan menyoal fasilitas melaut, ia juga menyaksikan hasil tangkapan rumput laut nelayan di Tarakan.
Setelah melihat beberapa persoalan, ia berkomitmen akan fokus terhadap kampung nelayan maju mengingat potensi budidaya rumput laut yang cukup besar.
“Paling tidak nanti kita akan jadikan hilirisasi. Kemudian soal penangkapan, cukup bagus juga pemasangannya dan ini akan kita dorong. Ada 10 kampung nelayan maju, ada di beberapa tempat salah satunya di Tarakan,” ucap Sakti Wahyu Trenggono kepada awak media, Kamis (30/3/2023).
Di Tarakan sendiri nantinya akan ada dua kampung nelayan yakni nelayan budidaya dan nelayan tangkap. Sejauh ini ia menilai fasilitas yang ada sudah cukup bagus seperti terdapat pabrik es, cold storage es dan gudang pembongkaran ikan. Namun, untuk dermaga dan juga galangan perbaikan kapal menjadi catatannya untuk segera di perbaiki.
“Kita akan buat segera. Kita akan lihat perputaran ekonominya seperti apa. Kalau ekonominya maju seperti Nunukan Kampung Budidaya rumput laut itu baru row material. Kalau nanti kita dorong industrialisasi disitu menjadi lebih besar di sana,” bebernya.
Menurutnya, lokasi strategis rumput laut di Kaltara sendiri dekat dengan WBP 716. Ia pun akan segera berkoordinasi dengan Ditjen Tangkap untuk mengembangkan potensi nelayan tangkap.
Terdapat pula usulan dari Anggota DPR RI Dapil Kaltara menyoal penambahan dua kampung nelayan di wilayah Kaltara. Wahyu menegaskan akan merespon baik hal tersebut. Ia juga me menguraikan dalam pengembangan satu kampung nelayan pihaknya menganggarkan sebesar Rp 20 hingga 21 miliar.
“Saya setuju. Ada 3 budidaya dan 1 kampung nelayan. Intinya semuanya yang kita install. Nanti ada koorporasi nelayan juga harus berkesinambungan,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Ramli