benuanta.co.id, TARAKAN – Sebagai tempat bernaung para tahanan, Lapas Kelas IIA Tarakan berupaya menjadikan narapidana menjadi orang yang lebih baik saat selesai menjalani masa hukuman. Hal ini yang terus dilakukan namun terdapat kendala dalam pelaksanaannya.
Dikatakan Plh Kepala Lapas Kelas IIA Tarakan, Slamet Riyadi, permasalahannya terletak pada tak sebandingnya jumlah warga binaan dengan petugas yang ada. Tercatat saat ini sebanyak 1.300 warga binaan dan hanya terdapat 80 petugas.
“Itupun 80 orang terbagi di seksi dan bidang. Ada Bidang Keamanan, Kamtib, Seksi Binadik, Seksi Giatja dan Tata Usaha. Jadi kalau bicara masalah pembinaan ya kendala kita personel dan SDM,” jelasnya Ahad (28/4/2024).
Berkenaan dengan hal itu, pihaknya berupaya menggandeng stakeholder terkait untuk ikut membantu pembinaan warga binaan. Adapun kondisi yang ada saat ini, kebanyakan warga binaan yang sudah berniat berkelakuan baik saat keluar Lapas malah mendapatkan stigma buruk dari masyarakat.
“Padahal di sini ibadahnya sudah bagus, etika dan adabnya bagus, cuma stigma masyarakat itu menyampaikan hati-hati sama eks narapidana, tutup pintu dan jangan bergaul. Itu yang ditakutkan mereka (mantan narapidana) akan kembali berbuat jahat lagi,” bebernya.
Dilanjutkannya, pihaknya juga menggandeng yayasan untuk melanjutkan pembinaan yang tak selesai di Lapas Kelas IIA Tarakan. Ia juga meminta perhatian dari Pemerintah Daerah untuk pembinaan narapidana di Lapas.
“Karena Kemenkumham itu harus sejalan dengan Pemerintah Daerah,” sambungnya.
Selain pembinaan, pihaknya juga mengkonsep kan agar sesama warga binaan tak terlibat konflik. Salah satunya dengan Mapenaling (masa pengenalan lingkungan) saat baru menginjakkan kaki di Lapas Tarakan. Dalam Mapenaling warga binaan akan dibimbing secara indoor dan outdoor untuk mendapatkan arahan terkait warga binaan yang ada di Lapas Tarakan.
“Kita minta tumpukkan perbedaan, tajamkan kebersamaan demi terciptanya suasana kondusif. Konsep kita agar tidak saling membully dan lainnya,” pungkas Slamet Riyadi.(*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Ramli