benuanta.co.id, TARAKAN – Memiliki wajah baru, Museum Perang Dunia II dan Museum Perminyakan Kota Tarakan saat ini berganti nama menjadi Museum Sejarah Kota Tarakan.
Museum yang berdiri kokoh di Kampung Empat, Kota Tarakan ini juga sering dijuluki sebagai Museum kembar. Museum ini didirikan pada tahun 2015 silam dan diresmikan menjadi dua museum berbeda pada tahun 2017.
Menjadi museum tipe B, kini museum tersebut telah berganti nama menjadi Museum Sejarah Kota Tarakan. Pergantian tersebut diakibatkan kurangnya koleksi dari sejarah yang akan dipajangkan.
“Berganti nama karena pertimbangan kalau dulu kan ada dua museum umum dan khusus waktu dulu 2017 museum khusus kekurangan kita waktu itu koleksi kita masih terbatas. Misalnya koleksi perang dunia ke-2 kita harus mengumpulkan yang berkaitan dengan perang dunia kedua,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Adat Tidung dan Museum Sejarah Tarakan, Aziz Baderuddin.
Di museum tersebut juga ditampilkan koleksi-koleksi sebelum Tarakan dijajah, setelah Belanda datang, perang dunia kedua dan budaya yang ada di Tarakan. Tak hanya peninggalan sejarah saja yang ditampilkan namun, ada 10 objek kemajuan kebudayaan
“Salah satunya permainan tradisional, istiadat, bahasa, situs, pengetahuan tradisional, Teknologi tradisional. Kebanyakan kebudayaan Suku Tidung, Ini yang kita lestarikan,” ungkapnya.
Disinggung mengenai keaslian koleksi yang dipajang, Aziz mengungkapkan tidak semua asli tetapi terdapat beberapa replika. Pihaknya juga memadukan metode museum 2015 berupa koleksi yang dipajang dan menggunakan digital mengikuti perkembangan zaman untuk menarik minat masyarakat.
Dengan adanya wajah baru dari Museum Sejarah Kota Tarakan, banyak masyarakat yang tertarik untuk melihat tampilan terbaru dari tempat bersejarah tersebut.
“Sangat berpengaruh (peningkatan jumlah pengunjung), mungkin faktor tampilan, yang berpengaruh sekali ini adanya story line atau alur cerita yang menggambarkan bagaimana Tarakan pada saat sebelum Belanda datang, Belanda datang, bagaimana terjadinya perang sampai hasil-hasil budaya. Semua kita atur dalam satu ruang yang berurutan,” jelasnya.
“Kami berharap koleksinya semakin bertambah karena sekarang sudah ada pameran temporer ini yang bisa membantu meningkatkan jumlah kunjungan. Kita bisa pameran beberapa jenis koleksi yang lain. koleksi hari kita tambahkan untuk menjadi pembelajaran bagi anak sekolah atau masyarakat,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Yogi Wibawa