benuanta.co.id, TARAKAN – Minyakita mengalami kelangkaan di daerah perbatasan khususnya Kabupaten Nunukan. Kondisi ini juga membuat Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Kalimantan Utara (Kaltara) buka suara.
Kelangkaan Minyakita yang terjadi belakangan ini menyebabkan warga perbatasan RI-Malaysia tersebut, beralih ke minyak goreng Malaysia.
Kepala Disperindagkop dan UMKM Kaltara Hasriyani mengungkapkan kelangkaan tersebut terjadi akibat adanya penurunan jumlah produksi dari produsen.
“Terkait kelangkaan itu dari pabrik kayaknya, dan dari produsennya. Karena Bulog dan beberapa distributor sepertinya mengalami keterbatasan untuk stok,” ujar Hariyani saat ditemui benuanta.co.id di Tarakan, Kamis (25/1/2024).
Lanjutnya, tak sama dengan Nunukan, kelangkaan justru tidak terjadi di beberapa tempat seperti Tarakan dan Bulungan. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan akses mobilisasi pendistribusian dari produsen ke para penjual.
Menurutnya, Tarakan dan Bulungan memiliki akses yang lebih mudah karena wilayahnya mudah dijangkau menggunakan mobil, kapal dan kontainer. Sedangkan untuk wilayah perbatasan seperti Nunukan, aksesnya lebih sulit untuk dijangkau.
Dalam hal mengatasi kelangkaan Minyakita, pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan kementerian terkait ketersediaan dan kebutuhan stok. Beberapa waktu lalu, Disperindagkop Kaltara juga diminta untuk mendistribusikan Minyakita dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000.
HET tersebut berhasil dilakukan dan Kaltara termasuk daerah yang menerapkan harga Minyakita Rp 14 ribu di pasaran. Namun dalam prosesnya, pendistribusian HET Minyakita ditemukan beberapa kendala, yaitu untung yang dinilai terlalu kecil.
“Tetapi dengan persoalan tadi yang wajib sampai konsumen Rp 14 ribu ada perbedaan cost pendistribusian sehingga akhirnya menyesuaikan harga pasar,” paparnya.
Ia pun tak memungkiri jika ada temuan pedagang yang menjual Minyakita di atas HET. Namun, ia tidak membeberkan secara detail berapa harga yang dijual pedagang tersebut.
“Tapi saya tidak tahu persis. Dari hasil koordinasi kemarin banyak persoalan. Seperti tidak mungkin dari Bulungan dibawa melalui jalur darat ke Sekatak dan KTT, karena ada ongkos transportasi. Di pasar aja ada untung Rp 1.000 kadang masih kurang,” ungkapnya.
Kendati demikian, saat ini masyarakat maupun pelaku UMKM di Kaltara tidak terlalu berdampak signifikan akibat hal tersebut. Karena masih banyak pilihan minyak yang berasal dari merek lainnya.
“Tapi masih bersyukur masyarakat ada beberapa pilihan minyak merek lain. Tidak seperti tahun lalu yang langkah. Cuma ya itu Minyakita memang sangat langka,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Yogi Wibawa