Kelamnya Hidup Dirusak Narkoba, Bisa Sembuh karena Doa

TERJERUMUS ke pusaran narkotika bukanlah suatu hal yang diinginkan. Banyak penyebab sehingga seseorang menjadi ketergantungan narkotika. Salah satunya dikarenakan masalah hidup yang tak bisa diselesaikan, hingga memilih jalan singkat untuk melupakan sejenak beban pikiran dengan mengkonsumsi narkotika.

Sigma memang sudah lama lepas dari jeratan narkotika. Tapi ia tak bisa lupa betapa pilunya masa – masa kelam itu untuk diingat kembali. Lahir dari keluarga yang berada, Sigma sejak dari kecil sering melakukan perjalanan hingga ke luar negeri. Salah satunya kerap mengunjungi keluarganya di Malaysia.

Barang haram ini memang bermuara di Malaysia, lalu masuk ke Indonesia khususnya Kota Tarakan dan wilayah lain di Kaltara. Diceritakan Sigma, karena narkoba ia harus rela empat kali keluar masuk penjara. Mendekam di penjara bukan malah membuatnya berhenti, namun mengantarkannya kepada ketergantungan akut.
Awal mula menggunakan sabu dikarenakan sang kakak berpulang lebih dulu karena kecelakaan maut. Atas kejadian itu, Sigma remaja merasa sangat kehilangan dan memutuskan untuk mengkonsumsi sabu. Sabu yang dikonsumsi pun didapatkannya pertama kali dari ajakan sang sepupu kala berlibur ke Tawau, Malaysia. Dari sana, ia mulai ketagihan dadah sebutan lain sabu saat kembali ke Tarakan.

Tak hanya sabu, kala itu Sigma juga mengkonsumsi narkotika jenis lain. Maklum, Sigma dibekali pundi – pundi materi dari sang ayah maka dengan mudahnya ia belanjakan narkotika dan berfoya – foya. Belum lagi di era 90-an sitgma beberapa kalangan akan merasa sangat keren bila kelompoknya mengkonsumsi obat – obatan terlarang. Maka Sigma yang sangat ingin terlihat keren dan jadi pusat perhatian malah habis – habisan mengkonsumsi berbagai jenis narkotika.

“Rasa duka yang mendalam kini telah sirna setelah saya berkenalan dengan obat-obatan terlarang, dengan menggunakan pil saya mendapatkan ketenangan,” ucapnya.
Uang jajan yang berlebih selama ia duduk di bangku sekolah membuat sigma menjad raja kecil di lingkungan pertemanannya. Sejumlah jenis pil koplo dapat mudah ia dapatkan dari lingkaran pertemanannya sesama pemakai yang membuat dirinya semakin terjerumus di lembah yang kelam. “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” kutipnya dari sebuah ayat alkitab.

Berita lainnya : 

Pengakuannya, sabu dapat membuat orang lebih bersemangat, tambah pintar, dan kaya ide. Namun, hal tersebut merupakan kenikmatan sesaat belaka. Selebihnya, jika efek dari sabu itu hilang dampaknya mengakibatkan malas hilangnya konsentrasi pada otak. Sabu-sabu membuat ia menjadi sulit untuk tidur, hilangnya selera makan belum lagi setelah selesai memakai barang haram bukan kebahagian yang ia didapatkan. Malah ia kerap dirundung oleh rasa ketakutan sehingga menimbulkan gejala bunuh diri.

“Seusai menggunakan sabu, saya selalu merasakan kegelisahan, ketakutan, bahkan selalu timbul niat untuk mengakhiri hidup. Jika pengguna sabu tidak dapat mengontrol ketakutan pada dirinya, saya yakin akan berhujung pada bunuh diri,” bebernya.

Sekalipun sering dihantui rasa ketakutan, hal tersebut tidak membuat Sigma menjadi jera malahan rasa penasaran tersebut semakin menjadi-jadi. Ia menganggap sabu-sabu telah menjadi kebutuhan sehari-harinya. Jika tidak menggunakan sabu, ia akan merasakan sesuatu yang hilang. Rasa bersalah, tertuduh yang sering mengganggu hidupnya.

“Percobaan untuk bunuh diri sudah sering saya lakukan, salah satunya dengan menghantamkan kepalanya ke tembok berulang kali. Saya pernah mengalami tingkat ketakutan yang paling mengerikan dalam hidup. Saya sering mendengarkan suara-suara tanpa wujud, bahkan, saya sering berbicara dengan benda mati seperti tembok dan pohon. Ketakutan tersebut timbul akibat tidak tidur selama berhari-hari, pikiran saya sendiri selalu mengambarkan bahwa saya bukanlah orang yang berguna. Kenangan kelam pada masalalu selalu terngiang-ngiang, belum lagi ditambah dengan orang tua dan istrinya yang telah meninggal, sehingga sering timbul rasa bunuh diri,” bebernya.

Sigma menuturkan bahwa ia adalah seorang residivis yang sudah 4 kali keluar masuk penjara, diawali dengan penyalahgunaan sabu-sabu mengantarkannya ke Lembaga Pemesyarakatan Kota Tarakan.

“Ada dua pilihan ketika berada di dalam penjara, menjadi baik atau menjadi jahat karena di dalam penjara kita bertemu dengan para kriminal dari segala jenis pelanggaran. Dalam penjara, masing-masing bisa saling bertukar ilmu seputar kejahatan berbagi informasi, bahkan menambah jaringan usai keluar dari penjara nantinya. Artinya, ilmu yang didapatkan narapidana dari dalam penjara akan mengantarkannya naik satu tingkat lebih tinggi ketika keluar dari penjara, kasus pertama saya sebagai pengguna narkoba setelah keluar saja menjadi pengedar sabu-sabu,” ungkapnya.

Penjara tidak membuat Sigma menjadi jera, malah membuatnya menjadi pengedar sabu-sabu dan harus mengantarkan dirinya untuk kembali masuk ke penjara untuk ke dua kalinya.

“Saat itu sabu-sabu masih masuk dalam golongan 2 hukuman masih ringan. Saat tertangkap kedua kalinya, barang bukti yang saya miliki berupa pil ekstasi sebanyak 15 butir dan sabu-sabu seberat 2 setengah gram. Saya mendapatkan hukuman 2 tahun masa kurungan, sekeluarnya dari penjara saya kembali masuk penjara untuk ke tiga kalinya lantaran melakukan penggelapan uang perusahaan, dan kasus ke empat juga kasus penggelapan. Semua itu saya lakukan hanya untuk membeli narkoba, sabu-sabu telah merusak cara berfikir dan tata cara seseorang dalam menilai,” katanya.

Tidak mudah bagi mantan narapidana pasca ia keluar dari penjara, stigma buruk terhadap mantan narapidana masih melekat dalam pikiran masyarakat. Sigma menilai, rasa penolakan dari masyarakat justru akan membuat seorang mantan napi akan semakin jahat dan kembali ke jalan hitam.

“Mantan napi yang ditolak oleh keluarga maupun masyarakat akan kembali ke lingkaran pertemanan yang bisa menerima dirinya apa adanya, sehingga dengan mudah dan gampang untuk kembali ke profesi dunia gelap. Kalau mental kacangan, mantan napi akan kembali menjadi jahat karena tidak kuat mental terhadap rasa penolakan. Tetapi, jika mental kita kuat mantan napi akan lebih leluasa dan berani mematahkan dan melawan stigma buruk dari masyarakat,” tuturnya.

Berbagai cara telah dilakukan Sigma agar terlepas dari jerat sabu-sabu. Namun, rasa sugesti dan keinginan kuat untuk terus menggunakan sabu justru begitu kuat. Niat untuk melepaskan segala ketergantungan selalu timbul dalam benaknya.

Ia terus mengandalkan pikiran dan tenaganya agar bisa terlepas dari jerat maut tersebut. Ia teringat, bahwa hanya kuasa tuhan saja yang dapat melepaskan dirinya dari ketergantungan narkoba.

“Satu-satunya cara ialah bergantung kepada tuhan untuk mematikan keinginan tersebut, berdoa adalah salah satu cara yang paling ampuh. Mungkin cara ini tidak masuk akal lantaran belum dicoba,” imbuhnya.

Di puncak ketakutannya, Sigma berseru kepada tuhan agar bisa melepaskan ketergantungan terhadap barang haram tersebut. “Saya ingat kala itu, pada 22 Januari 2016 antara sadar atau tidak ketika sedang menonton TV saya berseru kepada tuhan. Tiba-tiba rasanya sebuah tangan menjamah tembus masuk ke dalam tubuh saya seperti mengambil sesuatu dari dalam badan saya. Mungkin yang diangkat itu adalah bentuk ketergantungan saya terhadap sabu-sabu, obat-obatan, alkohol, bahkan rokok. Puji tuhan, hal tersebut adalah mujizat hingga detik ini saya sudah bebas dari segala bentuk kedengian, ketakutan, ketergantuangan yang mengusik dari hidup saya. Sekarang saya sudah bebas dari belenggu dosa akibat jamaahan tangan tuhan,” ungkapnya.

Saat ini, Sigma telah aktif dalam pelayanan di gereja. Bahkan kini ia sedang mengambil program S2 teologi dan memiliki kerinduan untuk fokus dalam dunia penginjilan terkhusus bagi mantan pengguna narkoba.

“Satu kerinduan, bahwa saya ingin bergabung di BNN sebagai penyuluh bagi mereka yang masih terikat dengan narkoba. Jadi, secara rohani harus dekat kepada tuhan,” harapnya.
Sigma membeberkan sejumlah faktor penyebab seseorang jatuh dalam narkoba, salah satunya keluarga tidak bisa memberikan kehangatan dan perhatian. Akibatnya, banyak seseorang terjerumus di dunia narkoba karena rumah tidak bisa memberikan rasa nyaman. Akhirnya, orang tersebut mencari komunitas yang bisa menerima apa adanya.

“Keluarga harus mengayomi anak, setidaknya rohani harus diperbaiki karena jika rohani dibentuk, pasti ketergantungan terhadap narkoba akan lepas,” katanya.
Tampaknya, kerusakan mental terus membekas terhadap pengguna narkoba. Sekalipun sudah tidak menggunakan sabu-sabu, Sigma kerap dihantui oleh sejumlah halusinasi. Ia mengakui dampak jangka panjang dalam penggunaan narkoba adalah daya ingat melemah, sulit fokus, terkadang akan tiba masanya ia mendengarkan suara-suara aneh muncul kembali.

“Saya memaklumi bahwa masih ada efek narkoba di masa lalu yang masih tertinggal di dalam pikiran saya. Saya yakin semua akan hilang dengan sendirinya dan tuhan akan pulihkan semua itu. (rd/bn)

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2639 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *