Kemarin, Hari Ini, dan Esok

Oleh: Dhea Arsy Ramadhini
(Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

KITA semua pasti pernah mendapatkan pertanyaan seperti “Apa cita – cita kamu? atau “ Apa mimpi kamu kedepannya?”. Sedari masa kanak – kanak, kita sangat sering ditanyakan pertanyaan seperti ini oleh orang tua kita, keluarga, ataupun guru kita di sekolah. Saat berusia kanak – kanak dahulu, kita akan dengan sangat bangga menjawab aku ingin menjadi Dokter, Guru, Pilot bahkan Polisi. Jujur, saya juga termasuk salah satu anak yang dulu dengan sangat bangga menyebutkan cita – cita saya ingin menjadi Dokter. Tetapi beberapa bulan kemudian, jawaban dari pertanyaan ini akan berubah. Tidak lagi ingin menjadi Dokter namun ingin menjadi Astronot, Presiden bahkan Penguasa Bumi. Dulu alasan dibalik cita – cita sangatlah sederhana hanya sekedar ingin membantu orang banyak dan memajukan bangsa.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1239 votes

Namun seiring meningkatnya tingkat pendidikan dan bertambahnya usia. Saya berlahan memahami makna cita – cita sebenarnya. Bagi saya, cita – cita adalah keinginan, tujuan dan pandangan hidup kita sebagai manusia yang sangat amat ingin kita penuhi dan gapai. Manusia tanpa cita – cita bagaikan seseorang yang berjalan tanpa arah dan tujuan dan tidak tahu bagaimana ending dari kehidupannya. Apakah akan happy ending ataukah sad ending. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kesuksesan kita meraih cita – cita. Tapi banyak pula faktor yang mempengaruhi kegagalan kita meraih cita – cita. Menurut saya, diri sendiri menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam mewujudkan cita – cita dan harapan. Bagaimana kita bersikap terhadap diri kita, bagaimana kita memunculkan niat, motivasi dan dorongan dari dalam diri kita dan bagaimana kita menanggapi saran dari orang lain.

Contoh kecil ialah kita sering kali menyepelekan diri kita sendiri dan menganggap diri kita tidak mampu melakukan sesuatu hal padahal sebenarnya kita belum mencoba hal tersebut hingga kita tidak mengetahui kemampuan dan potensi dalam diri kita. Hal ini mengakibatkan kita tidak berani mengambil resiko dan kehilangan motivasi untuk mencoba hal baru yang mungkin dapat menjadi batu loncatan dalam meraih cita – cita dan harapan kita. Kita cenderung lebih memilih   jalan yang pernah kita lalui sebelumnya bahkan memilih jalan instan untuk meraih cita – cita dan harapan kita. Padahal mencoba sesuatu yang baru dapat menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi kita karena tidak menutup keungkinan kita akan berada pada situasi yang sama bahkan lebih buruk kedepannya.

Faktor lain yang memegang kendali dalam perwujudan cita – cita kita adalah faktor dorongan dan motivasi dari orang terdekat terutama orang tua. Beberapa anak seusia kita atau bahkan lebih muda dari kita dengan sedihnya terpaksa merelakan cita – cita mereka karena faktor ini. Mereka dipaksa menjadi seseorang yang memenuhi cita – cita orang tua mereka karena cita – cita tersebut tidak dapat digapai oleh orang tuanya ataupun mereka yang merelakan cita – citanya demi memenuhi harapan bahkan gengsi orang tuanya. Entah dorongan orang terdekat ini akan menjadi motivasi positif bagi mereka ataupun menjadi senjata untuk membalikkan keadaan dan mengagalkan segala hal yang telah diupayakan. Namun bagi saya, dorongan orang terdekat menjadi motivasi positif bagi saya untuk terus bergerak maju kearah yang lebih baik demi mewujudkan cita – cita.

Faktor terpenting yang terakhir ialah faktor ekonomi dan pergaulan. Hal yang terjadi karena faktor ini banyak sekali contohnya di Negara kita, Indonesia. Sangat banyak anak – anak yang putus sekolah dan memutuskan cita – cita indah pada masa kecil karena faktor ini. Banyak anak – anak tidak beruntung   yang memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhannya daripada mengenyam bangku pendidikan. Banyak anak – anak putus sekolah karena terjebak dalam pergaulan yang salah bahkan berujung terjebak dalam jeruji besi. Banyak pula anak- anak yang putus sekolah karena “kecelakaan” akibat pergaulan yang salah. Hal – hal seperti ini yang membuat kita sangat bingung untuk menyalahkan siapa dibalik kesalahan ini. Entah diri sendiri, orang tua, ataupun keadaan yang memaksa.

Kemana arah dan tujuan yang akan kita gapai pada akhirnya, semua ditentukan oleh langkah apa yang kita pilih kemarin, hari ini dan esok. Yang kita alami sekarang adalah hasil dari yang kita lakukan dulu dan yang kita alami dimasa depan nanti adalah hasil dari yang kita lakukan saat ini sehingga segala hal yang kita lakukan entah itu positif atau negatif akan menjadi tolak ukur kita untuk langkah selanjutnya , jika langkah yang sebelumnya kita tempuh sudah tepat tentulah kita tidak sulit untuk meraih kesuksesan dimasa akan datang karena adanya fondasi yang sebelumya telah kita bangun dengan kokoh. Akan tetapi jika langkah yang sebelumnya kita tempuh itu keliru, tentulah saat ini dan kedepannya kita akan merasa menyesal. Untuk itu sudah saatnya memperbaiki segala sesuatunya secara baik dan benar sehingga pada akhirnya dimasa akan datangpun  kita dapat meraih kesuksesan yang sebelumnya sempat tertunda karena penentu kesuksesan dan akhir dari kisah kita adalah diri kita sendiri. Happy ending ataupun sad ending merupakan hasil perbuatan kita.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *