Maria Somi Olla Lestarikan Tenun Khas NTT secara Tradisional di Nunukan Sejak 2022

benuanta.co.id., NUNUKAN – Sejak tahun 2022, Maria Somi Olla (65), seorang perajin tenun tradisional asal Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menetap di Nunukan dan bertekad untuk melestarikan seni tenun khas daerahnya.

Dengan ketekunan dan keahlian yang diwarisinya dari generasi sebelumnya, Maria kini aktif memproduksi kain tenun secara tradisional dan memperkenalkan kerajinan tersebut kepada masyarakat di Nunukan.

Maria Somi Olla menjelaskan ia telah memulai usahanya dalam menenun sejak tinggal di Nunukan, ia merasa terpanggil untuk terus melestarikan seni tenun ikonik tersebut.

“Saya belajar menenun dari ibu saya dan nenek saya. Tenun ini merupakan warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat NTT, dan saya ingin agar generasi muda di Nunukan bisa mengenal dan menghargai kerajinan ini,” kata Maria Somi Olla, saat ditemui di kediamannya di RT 31, Kelurahan Nunukan Barat, Nunukan, Kecamatan Nunukan, Rabu (22/1/2025).

Baca Juga :  Komisi II DPRD Nunukan Kawal Aspirasi Petani Nunukan ke Kementan RI

Setiap helai kain yang dihasilkannya adalah karya tangan yang penuh dengan makna. Proses pembuatan kain tenun ini dilakukan secara manual menggunakan alat tenun tradisional, yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran.

Maria mengaku bahwa untuk menghasilkan satu kain tenun, ia memerlukan waktu yang tidak sedikit, bisa mencapai beberapa hari tergantung pada desain dan ukuran kain yang diinginkan.

Baca Juga :  Perekrutan Calon Ketua KNPI Nunukan Dibuka

Dalam perjalanannya, Maria tidak hanya menghasilkan kain tenun untuk keperluan pribadi atau pasar lokal, tetapi juga melibatkan masyarakat sekitar, terutama ibu-ibu rumah tangga, untuk bergabung dalam kegiatan menenun bersama.

Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menjaga kelestarian tradisi tenun yang semakin terkikis oleh modernisasi. “Saya ingin mengajarkan para ibu rumah tangga di sini agar mereka bisa menghasilkan karya tenun yang berkualitas, sekaligus menambah pendapatan mereka,” katanya.

Untuk harga satu sarung dibanderol Rp.800.000, sedangkan selendang dijual sesuai dengan ukuran besarnya, jika dia satu jengkal Rp. 200.000 hingga Rp.250.000 termasuk ada nama dalam selendang. Bisa juga request warna. Ia juga berharap agar ke depannya lebih banyak generasi muda yang tertarik untuk belajar dan mengembangkan kerajinan tenun ini agar tidak punah dan tetap menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia.

Baca Juga :  Nunukan Ikut Penanaman Jagung Serentak 1 Juta Hektare di Indonesia

Melalui upayanya ini, Maria tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar, serta memperkaya khazanah seni dan budaya yang ada di Kabupaten Nunukan. (*)

Reporter: Darmawan

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *