benuanta.co.id, BERAU – Alat terapi oksigen hiperbarik yang ada di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Tanjung Batu tidak beroperasi sejak 2015 lalu. Padahal jika difungsikan akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berau.
Hal itu dikeluhkan Camat Pulau Derawan, Samsudin bahwa tidak ada tenaga ahli di Tanjung Batu yang dapat mengoperasikan alat tersebut.
“Padahal saat pertama kali dibeli pada 2015 lalu harganya sangat mahal dan sangatlah menyayangkan alat tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik,” ucapnya Selasa (30/4/2024).
Tak hanya itu, UPT Puskesmas Tanjung Batu pun tidak bisa sembarangan mengoperasikannya bahkan harus ada peningkatan kompetensi terlebih dulu.
“Saya berharap hiperbarik bisa segera diprogramkan ke depannya. Apalagi sebelumnya juga telah ditinjau kepala daerah,” tuturnya.
Sementara itu, Bupati Berau, Sri Juniarsih menuturkan, apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan, baik itu sarana, prasarana, fasilitas hingga tenaga kesehatan (Nakes) menjadi syarat mutlak untuk dipenuhi.
“Termasuk, alat terapi oksigen hiperbarik ada di Tanjung Batu. Memang alat itu belum bisa dimanfaatkan karena beberapa hal,” imbuhnya
Pasalnya, Sri Juniarsih Mas menilai perlu mempersiapkan SDM-nya sebagai tenaga ahli yang akan mengoperasikan alat tersebut, baik operator maupun dokter yang ahli di bidang hiperbarik.
“Untuk mencari tenaga ahli di bidang hiperbarik tentunya bisa dilakukan dan juga sangat menyayangkan alat canggih yang dibeli menggunakan anggaran sebesar itu ditinggalkan begitu saja tanpa anda yang bisa mengelola dengan baik,” paparnya.
Menurutnya alat hiperbarik ini juga dianggap penting karena memiliki hubungan erat dengan objek wisata bahari di Kabupaten Berau, terutama kegiatan menyelam yang dapat menyebabkan dekompresi.
“Maka dari itu saya meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau untuk segera menindaklanjuti apa yang menjadi kebutuhan alat hiperbarik agar bisa berfungsi segera,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Berau, Lamlay Sarie menjelaskan terkait hiperbarik yang juga belum digunakan hingga 9 tahun.
“Hiperbarik sangat membutuhkan tenaga ahli untuk mengoperasikannya, sehingga tidak bisa serta merta merekrut nakes untuk ditempatkan di sana,” imbuhnya.
Pihaknya akan segera mengusulkan tenaga terlatih yang bisa mengoperasikan hiperbarik.
“Insyaallah tahun ini kami fasilitasi melalui anggaran peningkatan kompetensi yang ada di Dinkes. mungkin untuk nakesnya dulu. Tapi kalau untuk tenaga dokter akan memanfaatkan dokter yang ada,” imbuhnya.
Diungkapkannya, jika menambah tenaga dokter sepertinya belum bisa karena berdasarkan regulasi Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak mengizinkan untuk merekrut tenaga honorer.
“Meskipun itu nakes yang sangat dibutuhkan. Kami pun masih menunggu perkembangan regulasi pusat. Karena ada juga beberapa usulan kita terkait fasilitas pelayanan kesehatan lain yang kondisinya sangat membutuhkan tenaga dokter,” bebernya.
Dijelaskannnya rencana, tahun ini hiperbarik akan dimanfaatkan sebagai layanan unggulan pada UPT Puskesmas Tanjung Batu.
“Apalagi salah satu fungsi alat tersebut adalah kuratif atau penyembuhan penyakit,” tuturnya.
Dirinya berharap, tahun ini bisa mulai masuk prioritas pengaktifan kembali dan mempersiapkan mulai dari sumber daya manusia (SDM)-nya, tata kelola, hingga penarikan retribusi daerah.
“Yang tidak kalah penting yakni fungsi kalibrasinya. Semua alat kesehatan (Alkes) memang harus dikalibrasi. Nanti kita akan bekerjasama dengan lembaga yang memang memiliki fungsi mengkalibrasi alkes untuk menjamin keberfungsian alat itu,” jelasnya.
Dengan upaya tersebut, pihaknya berharap dapat memastikan bahwa alat hiperbarik ini dapat digunakan secara efektif dan memberikan manfaat bagi masyarakat
“Terutama dalam situasi darurat yang melibatkan masalah kesehatan terkait dengan dekompresi,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie
Editor: Yogi Wibawa