benuanta.co.id, TARAKAN – Basarnas RI memetakan perairan Kaltara merupakan wilayah rawan untuk Kejadian Membahayakan Manusia (KMM). Pihaknya juga mencatat sebanyak 90 persen operasi SAR karena faktor laka di perairan.
“Karena kita lihat di Kaltara tidak ada gunung api, kedaruratan bencana, atau patahan gempa bumi, tapi yang paling banyak kecelakaan di perairan,” ujar Direktur Kesiapsiagaan Basarnas RI, Noer Isrodin Muchlisin.
Kecelakaan laut yang dihadapi Basarnas beragam, tak hanya kapal kecil pun juga kecelakaan pesawat seperti Air Asia, Sriwijaya dan Lion Air yang kerap kali jatuh di lautan lepas. Sebelumnya, pihaknya juga meninjau langsung latihan potensi SAR dalam operasi penyelamatan korban kecelakaan pesawat pada 20 Februari 2024.
“Jadi anggota kita sudah siap dan punya mekanisme untuk membantu tugas negara. Saya yakin, TNI/Polri juga punya irisan tupoksi yang ada kaitannya dengan SAR, dalam Undang-undang juga disebutkan,” jelasnya.
Adapun kondisi alut di Kansar Tarakan sejauh ini dikatakannya sudah cukup baik. Terlebih terdapat alutsista dengan panjang 40 meter serta 2 pos di Nunukan dan Tarakan. Jika terjadi kecelakaan dalam skala yang besar di perairan Kaltara, Basarnas RI siap membantu dengan sederet peralatan canggih.
“Alat untuk deteksi di bawah air, kemudian ada kapal lain yang nanti saling merespon. Kalau yang dekat dengan Tarakan itu ada Gorontalo, Balikpapan dan Manado sehingga jika ada emergency kita akan gerakkan ke sini,” ungkap Noer.
Ia menekankan, kepada Kansar Tarakan untuk memperkuat personel dan unsur potensi SAR lainnya. Menurutnya, jumlah personel 75 orang di Kansar Tarakan, sudah cukup untuk menghandle wilayah kerja di Kaltara.
Pihaknya juga akan memproyeksikan latihan bersama SAR skala lintas negara dengan Malaysia secara rutin setiap tahunnya.
“Mungkin kita perlu kuat jejaring, saat ini Pos SAR ada di Nunukan. Tapi kita akan kembangkan lagi, tergantung potensial kejadian mana yang lebih sering,” tutupnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Nicky Saputra