benuanta.co.id, NUNUKAN – Sepanjang 3,8 kilometer jalan utama di Nunukan diwarnai oleh aneka kostum tradisional dan modern Indonesia dalam pawai pembangunan tahunan hari jadi Kabupaten Nunukan.
Sebanyak 120 peserta dan 28 kendaraan hias 28 dari tingkat pelajar dan umum. Mereka memakai beragam busana tradisional dari, baju Tidung, Bulungan, Dayak, Jawa, Bali, Manado, Makassar hingga busana modern dan daur ulang dari plastik.
Dewi, salah satu peserta yang menggunakan motif burung enggang beserta sayapnya dan juga memiliki paru yang gunakan di atas kepalanya memantik perhatian masyarakat.
Kata Dewi, atribut yang dia gunakan di acara pawai pembangunan adalah burung enggang sehingga makna Kalimantan didapat dari penampilannya, yang dengan identik dengan burung enggang.
Sedangkan atribut yang diagungkan membutuhkan waktu untuk membuatnya selama dua pekan.
“Ini bukan saya yang buat, tapi suami, pembuatan juga membutuhkan waktu kurang lebih dua Minggu,” kata Dewi kepada benuanta.co.id, Sabtu, 15 Oktober 2023.
Pembuatan juga tidak sembarang, mulai dari sayap, dan corak warna yang harus persis burung enggang, sedangkan bahan juga tidak rumit untuk di cari, hanya cukup menyiapkan bahan-bahan seperti pewarna, bambu dan juga spon yang dijadikan sayap.
“Ini semuanya daur ulang, seperti sabut kelapa, spon, dan juga bambu, bertanya ini sekitar 2 kg,” jelasnya.
Walaupun bukan kota fashion, dan berada di wilayah perbatasan keragaman desain mode, warna dan aksesoris selalu mendapatkan perhatian publik. Di sinilah karya desainer bisa diperlihatkan juga.
Dia berharap Kabupaten Nunukan walaupun berada di bagian Utara, wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia agar semakin maju dan sukses. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Yogi Wibawa