Perumda Aneka Usaha Bantah Kemasan Produk UMKM Pesan dari Luar Daerah

benuanta.co.id, TARAKAN – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Aneka Usaha membantah pernyataan kalau produk UMKM di Tarakan dinilai mahal lantaran disebabkan biaya kemasan (packaging) yang di gunakan berasal dari luar Kalimantan.

Syarifah Saleha, Staff Unit Rumah Kemasan Perumda Aneka Usaha Kota Tarakan, mengatakan pihaknya mengharapkan Pemkot Tarakan dapat membantu sosialisasi kepada masyarakat, jika Perumda Aneka Usaha selalu mendukung UMKM agar produk yang mereka jual bernilai tinggi (berkualitas) dengan harga terjangkau.

“Mungkin yang menganggap mahal karena belum mengetahui adanya rumah kemasan milik Perumda, kemungkinan dari berita yang disampaikan sebelumnya, data dan fakta masih belum cukup, sehingga informasi yang disampaikan masih mentah atau pemberi informasi kurang update,” tegasnya.

Sementara, Pemkot Tarakan hanya mendukung sebagian kecil alat produksi dan modal awal di tahun 2020 hingga 2021, selebihnya perumda melakukan inovasi sendiri. Perumda masuk ke dalam pasar bebas. Sementara, tidak ada perlakuan khusus dari pemkot untuk menganjurkan untuk membeli produk kemasan di perumda.

Baca Juga :  Pertemuan Sosek Malindo, Peningkatan Kesejahteraan Wilayah Perbatasan Dibahas

“Artinya kami bersaing bebas dengan produsen kemasan lainnya, kuncinya adalah kolaborasi, bukan hanya UMKM di Tarakan, melainkan kami melakukan kolaborasi dengan UMKM di 4 kabupaten di Kaltara. Kami berkolaborasi dengan produsen kemasan lainnya di Kota Tarakan, artinya berbagi produksi, seperti contoh jika kami overload untuk proses desain, kami bisa over ke produsen atau industri cetak lainnya,” terang Syarifah.

Selain pembuatan kemasan, pembuatan logo halal maupun Pangan Industri Rumah Tangga(PIRT) juga dibantu oleh Perumda Aneka Usaha.

“Jika masyarakat pesan kemasan dari luar Kota Tarakan, mungkin mereka hanya mendapatkan kemasan saja, tapi jika mereka memesan kemasan di perumda, ilmu kemasannya juga mereka dapatkan seperti PIRT maupun logo halal,” ujarnya.

Syarifah menjelaskan, hasil observasi sebelum launching rumah kemasan, produk UMKM mahal diakibatkan kemasannya. Jika menggunakan kemasan yang menarik perhatian, maka harus bisa bersaing dengan daerah lain, akhirnya UMKM harus merogoh kocek yang nilainya tinggi untuk mendapatkan produk yang sesuai, sehingga memesan di luar kota.

Baca Juga :  Pertemuan Sosek Malindo, Peningkatan Kesejahteraan Wilayah Perbatasan Dibahas

Lebih jauh dia menjelaskan, harga produk UMKM dinilai mahal bukan karena kemasan saja, melainkan harga pokok dari salah satu produk seperti terjadi kenaikan harga bahan pokoknya pada momen tertentu.

“Jadi perumda menjual harga kemasannya sesuaikan dengan harga luar dan tanpa ongkos kirim, setelah dihitung HPP-nya, termasuk harga kemasan, harga bahan pokok, alhamdulillah mereka bisa menyesuaikan harga tersebut,” ucapnya.

Terdapat 30 UMKM yang melakukan repeat order atau pembelian berulang dan terdapat 15 mitra yang dilakukan pembinaan di tahun 2023. Sejumlah pelanggan rumah kemasan pun ia sebutkan di antaranya, bandeng presto, Disparpora, Baznas, kepiting soka, java, Tenun 5 permata, Lembaga Permasyarakatan Kelas II Tarakan, serta masih banyak yang lain. Sementara untuk standing pouch atau kantung berdiri, terdapat berbagai ukuran mulai dari ukuran 10 x 16 CM hingga 19 x 26 CM dengan berbagai harga, mulai dari Rp 1170 hingga Rp 4550. Harga tersebut bisa berubah mengikuti harga baku.

Baca Juga :  Pertemuan Sosek Malindo, Peningkatan Kesejahteraan Wilayah Perbatasan Dibahas

“Sebagai contoh, untuk ukuran 10 x 16 CM, dalam pesanan 100 buah kemasan dikenakan harga Rp 2.100, sementara dalam pesanan 300 buah dikenakan harga Rp 1.300, kemudian dalam pesanan 1000 buah dikenakan harga Rp 1.170,” tutupnya.(*)

Reporter: Okta Balang

Editor: Ramli

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2635 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *