Pelajar Perokok di Tarakan Tergolong Tinggi

benuanta.co.id, Tarakan – Tingginya tingkat pelajar perokok menjadi perhatian tersendiri di Kota Tarakan. Hal itu memunculkan upaya untuk melaksanakan upaya Usaha Berhenti Merokok (UBM) disejumlah sekolah di Kota Tarakan. Namun begitu, hal tersebut belum sepenuhnya dilakukan lantaran terkendala minimnya Sumber Daya Manusia (SDM).

Berdasarkan data jumlah perokok menurut jenis kelamin menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tarakan bulan Januari hingga Mei 2023, dari enam puskesmas di seluruh wilayah Kota Tarakan, dengan rincian jumlah perokok usia lebih dari 15 tahun laki-laki sebanyak 2.258 orang. Sementara, untuk jumlah perokok wanita sebanyak 90 orang. Jumlah perokok terbanyak laki-laki berada di Puskesmas Karang Rejo dengan total 1.283 orang. Sementara, jumlah perokok terbanyak perempuan berada di Puskesmas Sebengkok dengan total 32 orang. Total perokok laki-laki dan perempuan berjumlah 2.948 orang.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2128 votes

Jumlah usia perokok lakiu – laki 10 hingga 18 tahun sebanyak 442 orang sementara, untuk jumlah perokok wanita sebanyak 66 orang. Jumlah perokok terbanyak laki-laki berada di Puskesmas Sebengkok sebanyak 154 orang. Sementara, jumlah perokok terbanyak perempuan berada di Puskesmas Sebengkok sebanyak 25 orang. Total perokok laki-laki dan perempuan berjumlah 508 orang.

Baca Juga :  Evaluasi Layanan Mudik Lebaran, Ombudsman Kaltara Laporkan Hasil ke Pusat

Pengelola Penyakit Tidak Menular Dinkes Kota Tarakan, Mauli Hamidah menjelaskan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pelajar merokok di antaranya, faktor lingkungan keluarga, iklan rokok hingga pengaruh dari teman.

“Biasa karena ingin terlihat keren di lingkungan pertemanannya. Selain itu, faktor iklan rokok juga mempengaruhi ketertarikan pelajar untuk merokok. Ada juga faktor dari lingkungan keluarga, di mana mereka meniru kebiasaan keluarga mereka yang merokok,” imbuhnya Rabu (7/6/2023).

Mauli mengatakan, di dalam rokok mengandung zat karsinogen yang berpotensi menyebabkan kangker. Sejumlah penyakit ditimbulkan akibat merokok, di antaranya penyakit paru-paru, kanker pada kulit, inpotensi, bahkan membuat gigi menjadi kuning.

Baca Juga :  Dua Kelompok Remaja Tawuran hingga Rusak Rumah Warga di Sebengkok

Untuk menekan angka pelajar yang merokok di Kota Tarakan, pihaknya melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang bahayanya di sejumlah sekolah. Mauli mengakui, pendataan disejumlah sekolah masih sepertiga dan belum menyeluruh.

“Yang kami lakukan masih belum menyeluruh, hal tersebut akan berjalan secara bertahap. Dari data yang ada, diketahui masih sepertiga sekolah yang masih dilakukan pendataan,” ungkapnya.

Mauli membeberkan, terdapat beberapa tahapan dalam upaya menekan angka perokok di kalangan pelajar. Diantaranya, melakukan skrining perokok di kalangan pelajar, jika terbukti pernah merokok, maka pelajar tersebut akan dirujuk ke poli UBM guna dilakukan konseling dan mengarahkan tata cara berhenti merokok.

“Usai dilakukan konseling, pihaknya akan melakukan monitoring melalui via pesan digital terkait perkembangan siswa tersebut. Jika belum berhasil, Dinkes Kota Tarakan dengan siswa akan mencari solusi bersama agar mereka bisa berhenti dari kebiasaan merokok,” ujarnya.

Dalam upaya menekan angka pelajar perokok di Kota Tarakan, diakui bahwa pihaknya mendapatkan kendala lantaran minimnya SDM atau sumber daya manusia. Akibatnya, proses skrining masih belum sepenuhnya dilakukan.

Baca Juga :  Tak Lagi Demo, May Day Tahun Ini Digelar dengan Aksi Sosial

“Jika seluruh sekolah sudah dilakukan skrining, mungkin hasilnya akan lebih banyak di dapatkan. Jadi, masing-masing puskesmas se-Kota Tarakan bekerja sama dengan program UKS. Jadi pada saat melakukan deteksi dini perokok sesuai dengan kegiatan penjaringan UKS lantaran minimnya tenaga,” bebernya.

Skrining menggunakan alat co analyzer yang berfungsi untuk mengetahui Carbon Monoksida (CO) di dalam tubuh.

“Jika hasil pemeriksaaanya 06 co ppm adalah normal namun, jika hasilnya pemeriksaannya 07-10 co ppm berarti dalam tubuh pelajar terdapat CO di dalam paru-parunya. Ada 2 kemungkinan, bisa jadi  anak tersebut merokok, atau perokok pasif,” katanya.

Melalui kegiatan UBM yang telah dilaksanakan, pihaknya berharap upaya dalam menekan angka perokok dikalangan pelajar dapat berkurang.

“Kita ketahui, mereka merupakan calon pemimpin bangsa jika generasi penerus kita tidak sehat, bagaimana dengan masa depan bangsa ini,” tutupnya. (*)

Reporter: Okta Balang

Editor: Nicky Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *