Kue Legendaris Spesialis Ramadan Putu Mayang, Resep Turun Temurun, Cetakannya Berusia Puluhan Tahun

BULAN Ramadan identik dengan takjil sebagai kudapan berbuka puasa. Dewasa ini, beragam menu berbuka puasa dari jajanan modern karena melihat perkembangan zaman. Namun, perlu diketahui masih ada kuliner makanan yang tergolong lawas tapi masih eksis di bulan Ramadan. Berikut ulasannya.

Dia adalah Putu Mayang. Salah satu takjil legendaris yang dimakan menggunakan kuah santan dan gula merah. Jajanan ini biasanya dijual di Taman Oval Marconi, Tarakan. Memiliki cita rasa yang manis dengan tekstur lembut dan legit.

Pedagang kue putu mayang, Siti warga Kelurahan Pamusian menuturkan, jika kue buatannya sendiri hanya dibuat setahun sekali, dan merupakan tradisi yang dibuat oleh keluarganya, di mana Siti mengakui resep dan cara membuatnya diajari langsung oleh ibunya.

Baca Juga :  Bea Cukai Tarakan Realisasikan Target Sebesar 46 Persen pada Semester Pertama

“Bahan utama dari kue ini ialah tepung beras, tepung tapioka, santan, garam, gula merah, dan gula pasir, saya buat kalau di bulan puasa saja,” ucap Siti kepada awak media benuanta.co.id (25/03).

Ia juga menambahkan pembuatan putu mayang menggunakan bahan cetakan khusus dari kayu Ulin. Cetakan itu kini berusia puluhan tahun peninggalan almarhumah ibunya.

Adapun langkah pertama membuat putu mayang yaitu tepung beras tersebut dicampurkan dengan garam dan santan, kemudian dipanaskan dengan kompor api kecil hingga berbentuk gumpalan, dan mengental. Setelah itu tepung beras yang telah menggumpal kemudian di masukan ke alat cetak dan dicetak dengan bentuk-bentuk seperti indomie instan.

Baca Juga :  Bea Cukai Tarakan Dorong Produk UMKM yang Berpeluang Ekspor

“Prosesnya bisa makan waktu 3 hingga 4 jam, terutama waktu nyetak lumayan lama, apalagi alat cetaknya manual membutuhkan tenaga ekstra,” tambahnya.

Selanjutnya setelah selesai dicetak kue putu mayang kemudian kembali dikukus selama 20 menit, sembari menunggu Putu Mayang selesai dikukus, Siti juga menjelaskan cara membuat kuah santan, dan gula merah yang jadi pelengkap ketika menyantap putu mayang tersebut.

“Untuk kuahnya dari santan, gula merah, dan gula pasir, semua bahan dicampur lalu rebus sebentar selama beberapa menit,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pemkot Beri Seminggu untuk Kosongkan THM bagi Tenant yang Tidak Menyewa

Siti juga menambahkan jika putu mayang yang dijual 1 porsi seharga 15 ribu itu selalu habis terjual. Pendapatan yang diperoleh dari berjualan Putu Mayang bahkan mencapai 800 ribu rupiah dalam sehari.

“Saya sekali buat biasa jadinya sampai 54 porsi, ya Alhamdulillah juga laris ya, terus kue saya juga dititipkan ke beberapa tempat pasar ramadan lainya,” pungkasnya.(*)

Reporter: Hendra Rivaldo

Editor: Ramli

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2653 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *