benuanta.co.id, TARAKAN – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan menyebutkan Bumi Paguntaka masih bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). Namun, bukan berarti pencegahan terhadap PMK tidak dilakukan.
“Sebagai antisipasi kami akan terus melakukan vaksinasi PMK di samping itu hewan-hewan kita bebas penyakit lainnya,” jelas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan, Elang Buana, Kamis (1/12/2022).
Kemudian, mengenai pengiriman ternak dari Gorontalo Utara ke Tarakan pihaknya sudah koordinasi dinas terkait di Kabupaten Kota.
“Sudah melakukan MoU untuk pengiriman sapi dari Gorontalo. Kenapa Gorontalo kami pilih sebetulnya di sana itu daerah belum ditemukan kasus, meskipun satu daratan dengan Sulawesi Selatan,” ungkapnya.
Menurutnya, saat ini permasalahannya pengiriman sapi dari Gorontalo Utara ke Tarakan tertunda karena menunggu kebijakan pemerintah provinsi Kaltara.
“Dan persoalan ini sudah kami hubungi berkali-kali. Karena pertama kalau kita tidak memasukkan sapi dari luar, justru ada akses yang ditimbulkan pertama mungkin boleh jadi banyak rekan-rekan mendatangkan secara ilegal dan sapi nya dari daerah zona merah ini yang saya khawatirkan,” ucapnya.
Lebih lanjut, misalnya kalau ada peternak Tarakan mendatangkan sapi wilayah zona merah seperti dari Kalimantan Timur, kata Elang.
“Kalimantan Timur kan dekat sekali dari Berau, Samarinda, Sangatta dari Penajam Paser itu sudah kejadian PMK itu kan sangat rentan sekali kalau di kirim ke sini sudahlah kita kena,” tuturnya.
Tak hanya itu, kalau Pemprov Kaltara tidak segera beri izin mendatangkan sapi dari luar daerah provinsi Kaltara dan masih zona hijau serta aman.
“Bisa jadi peternak akan memotong sapi-sapi produktif karena kelangkaan secara diam-diam memotong sebenarnya itu ada peraturan hukumnya dari dirjen peternakan dilarang memotong sapi betina bertanduk itu sudah jelas hukumannya, saya khawatirkan juga sapi-sapi betina juga bisa habis bukannya berkembang tapi malah makin tipis karena itu modal sebagai bibit supaya berkembang,” terangnya.
Sebagai informasi, menurutnya sampai saat ini daerah masih bertahan zona hijau peternakan sapi yakni ada di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Jadi kita berusaha menghindari dampak negatif dikhawatirkan rekan-rekan peternak agar tidak memotong betina produktif karena kelangkaan yang kedua bisa jadi orang menyelundupkan sapi dari daerah terdekat yang murah yang zona merah, saya tidak mau seperti itu,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Matthew Gregori Nusa