benuanta.co.id, TARAKAN – Sebanyak 4.500 daftar tunggu jemaah haji Kota Tarakan dipastikan batal naik haji tahun 2021. Hal ini menyusul keputusan Kementerian Agama yang membatalkan keberangkatan jemaah haji Indonesia pada 1442 Hijriah atau 2021 Masehi.
Pembatalan keberangkatan ibadah haji ini adalah yang kedua kalinya. Tahun lalu, pemerintah juga membatalkan keberangkatan haji karena pandemi Covid-19.
Dijelaskan oleh Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Tarakan, H. Muhammad Aslam, SE, waktu tunggu saat ini ialah 30 tahun. Untuk diketahui bahwa sebelumnya kota Tarakan mendapatkan jatah 148 per tahunnya, namun terdapat penambahan lansia yakni empat orang menjadi 151 jemaah
“Daftar tunggu 4500 jemaah haji seluruh Tarakan, jadi jatah kita sebelumnya 148 jemaah karena kita ada tambah lansia 4 orang, untuk hitung antriannya kapan 4500 dibagi 151 kurang lebih 30 tahun,” bebernya kepada benuanta.co.id, Senin (18/10/2021).
Aslam menjelaskan untuk setiap harinya, Kemenag Tarakan menerima orang yang hendak mendaftar haji sekitar lima hingga sepuluh orang. Namun tak sedikit juga yang menarik diri untuk membatalkan keberangkatan.
“Setiap hari ada aja lima sampai sepuluh orang tergantung ada aja yg daftar ada juga yang narik gara-gara Pandemi ini,” sambung Aslam.
Berdasarkan penjelasan Aslam, alasan jemaah menarik dan membatalkan untuk berhaji selain menunggu terlalu lama dikarenakan juga kebutuhan ekonomi yang cukup sulit ditengah Pandemi.
“Selama pandemi banyak yang menarik walaupun ada yang tinggal berangkatnya tahun depannya lagi,” tuturnya.
Terkait total biaya haji, calon jemaah diwajibkan melakukan pendaftaran pada bank syariah di kota Tarakan. Setelahnya akan ditentukan terkait total biaya haji yang berubah setiap tahunnya melalui rapat DPR-RI dan Kementrian Agama Pusat.
“Kalau setoran awal itu 25 juta dan ada syarat-syarat nya juga di bank, seperti KTP, KK, Buku Nikah dan lain-lain,” jelasnya.
“Ketentuannya selalu turun saya lihat, karena jemaah ini banyak tdk paham misal tahun 2020 mereka banyak 38 juta, padahal harusnya dibayar 78 juta, karena dana yang dia simpan itu keuntungannya diserahkan ke situ subsidinya,” tandas Aslam.(*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Ramli