TARAKAN – Dinas Perdagangan dan Koperasi (Disdagkop) – Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kota Tarakan menilai usaha ikan tipis cukup menjanjikan dari segi pendapatan untuk mendukung perekonomian masyarakat yang bergerak pada usaha ini. Apalagi ikan tipis merupakan makanan khas hasil laut yang hanya dapat dijumpai di Tarakan sebagai daerah penghasil.
Kepala Bidang Koperasi dan UMKM, Disdagkop Tarakan, Retna Sulistyarini menuturkan pengusaha ikan tipis atau pepija di bawah binaan mereka bisa memproduksi hingga 100 kg dalam jangka waktu dua pekan. Artinya dalam sebulan pengrajin ikan ini bisa memproduksi sebanyak dua kali dalam sebulan.
“Saya rasa menjanjikan dia dalam sebulan dua kali produksi, sekali produksi 100 kg. Harga jual fluktuasi, kemarin harga Rp 130 ribu per kg, kalau produksi 100 kg kan potensi menghasilkan,” ungkap Retna kepada Koran Benuanta.
Diakui Retna, pengusaha atau pengrajin ikan tipis di Tarakan yang masuk dalam database Disdagkop terdapat satu kelompok yang sudah mendapat proses pembinaan baik dari legalitas usaha, perijinan, hingga mengikuti pelatihan tentang menejerial usaha sampai permodalan usaha. Menurut Disdagkop Tarakan, pengrajin ikan tipis banyak terutama di daerah Juata Laut.
“Masuk database kami menjadi binaan satu kelompok, dia sudah masuk dalam koperasi. Ada beberapa anggota merupakan pengrajin ikan tipis, satu orang binaan kami ini mulai dari perijinan, peningkatan legalitas badan usahanya, sudah ikut pelatihan manajemen usaha, kita berikan permodalan usaha baru dari kementerian. Potensi pengrajin ikan tipis di wilayah Juata Laut sangat banyak, mata pencarian dari itu,” terangnya.
Buyer atau pembeli ikan tipis dari UMKM yang bergerak pada hasil perikanan ini biasanya langganan yang datang dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Sekali pemesanan dalam jumlah yang banyak. Adapun ikan tipis ditingkat pengecer bisa ditemukan di pusat belanja seperti pasar batu dan toko-toko lainnya.
“Dapat ditemukan ikan tipis di toko-toko, ada di toko batu, dalam jumlah besar ada buyer yang membeli langganan ada, banyaknya dari Balikpapan,” ujarnya.
Kendala dalam pengembangan ikan tipis, dikatakan Retna, kadang pada cuaca. Jika cuaca hujan, maka produksi ikan tipis akan terhambat karena proses pengeringan ikan ini mengandalkan panas matahari. “Ikan tipis kering ada kendalan seperti cuaca, karena jemurnya menghandalkan sinar Matahari,” tuturnya. (met/ram/kik)