Paham Radikalisme Terpapar Lewat Medsos, Napi Terorisme di Kaltara dalam Pengawasan Aparat

BIN Minta Masyarakat Ikut Awasi dan Laporkan

benuanta.co.id, BULUNGAN – Situasi wilayah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dalam keadaan aman dan kondusif jelang lebaran Idulfitri 1446 Hijriah. Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) Kaltara terus melakukan pemantauan dan kesiapan pada bidang ideologi, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

Salah satu yang dipantau terkait kerawanan dari 4 bidang itu adalah masalah narapidana terorisme (Napiter).

“Jadi memang di Kaltara ini tempat para teroris itu banyak yang terpapar dari media sosial,” ucap Kepala Binda Kaltara, Andri Murhadi.

Pasalnya, di wilayah Kaltara hasil pemetaan Binda terdapat 1 orang napiter berada di rumah tahanan (Rutan) Cikeas, serta 5 eks napiter dengan hasil evaluasi 2 orang berstatus merah dan 3 orang berstatus hijau.

Baca Juga :  Polda Kaltara Perketat Pengawasan Radio Marine di Armada Speedboat

“Ada 1 yang baru di vonis di Desember 2024 kemarin itu ikut dalam pengajian. Salah satunya memang ada dari Malaysia yang ustaznya jaringan dari DKI. Terpapar sudah lama sekitar 2008, tapi karena jaringan ini baru ditangkap kemarin akhirnya merembet yang ada di Nunukan,” terangnya.

Andri menjelaskan terorisme yang masuk ke Kaltara melalui perbatasan Indonesia-Malaysia, biasanya membawa barang-barang ilegal. Tidak hanya narkotika, hasil temuannya pernah juga ada yang membawa senjata api (senpi).

“Peredaran barang ilegal dari Malaysia tidak hanya masalah narkoba, ternyata ada senjata yang mereka bawa dari Filipina. Itu yang perlu kita awasi bersama-sama,” ujarnya.

Beberapa lokasi di Kaltara sempat ditempati untuk melakukan latihan militer skala kecil, seperti yang pernah dilakukan di wilayah Pulau Bunyu. Agar tidak terjadi lagi, pihaknya bersama TNI Polri akan terus melakukan pengawasan.

Baca Juga :  Pengurus Diminta Emban Amanah dan Tanggung Jawab Sebaik-baiknya

“Kami juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap hal-hal yang mencurigakan maka melaporkan ke aparat keamanan,” bebernya.

Kata dia, yang terakhir diamankan dan telah di vonis lalu. Sasaran operasinya bukan di Kaltara tapi di Jakarta. Dimana sasarannya terhadap paham syah, kelompok orang asing ataupun ke gereja.

“Makanya saya imbau juga jangan sampai melakukan tindakan terorisme di wilayah lain, tapi ternyata keluarganya orang Kaltara,” tutur Andri.

Untuk mengenali ciri-cirinya, Andri Murhadi menyebutkan biasanya ada kelompok pengajian kecil dan ada yang mengajar. Ada juga modusnya bukan tempat yang digunakan untuk pengajian, biasanya ada satu yang datang lalu mengajak yang lainnya.

Baca Juga :  17 Armada DAMRI Layani Mudik Lebaran di Kaltara

“Misalnya ada pesantren, dia masuk kesana jadi santri lalu mengajak santri yang lain untuk bergabung,” ungkapnya.

Dia menambahkan pola yang digunakan saat ini sangat berbeda dengan pola yang dilakukan oleh Jemaah Islamiyah (JI) yang melakukan tindakan terorisme secara berkelompok dalam jumlah besar.

“Sekarang berbeda pola dengan JI yang dulu yang berkelompok, sekarang ini mereka terputus dan punya link-link tersendiri. Inilah yang sulit kita monitor, makanya kita minta peran masyarakat untuk membantu TNI Polri dan kami kalau ada sedikit yang mengarah ke radikal,” pungkasnya. (*)

Reporter: Heri Muliadi

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *