Penduduk Miskin di Perkotaan dan Perdesaan Mengalami Penurunan

benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Berdasarkan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Utara (Kaltara) jumlah penduduk miskin di Kaltara pada Maret 2023 sebesar 47,97 ribu (6,45 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2022 sebesar 50,58 ribu (6,86 persen), jumlah penduduk miskin secara absolut berkurang 2,6 ribu jiwa dan secara persentase menurun 0,41 persen poin.

Hal itu dikatakan kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai, jumlah penduduk miskin daerah perkotaan mengalami penurunan baik secara absolut maupun persentase begitu juga dengan penduduk miskin daerah pedesaan mengalami penurunan secara absolut maupun persentase.

Selama periode September 2022 – Maret 2023, penduduk miskin di daerah perkotaan menurun sebanyak 1,6 ribu jiwa dari 26,38 ribu orang pada September 2022 menjadi 24,75 ribu orang pada Maret 2023 atau secara persentase turun sebesar 0,40 persen dari 5,58 persen menjadi 5,18  persen,” ucapnya Jumat, (22/3/2024).

Disebutkan Mas’ud sapaannya, penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami penurunan sebanyak 1,0 ribu jiwa dari 24,20 ribu orang pada September 2022 menjadi 23,22 ribu orang pada Maret 2023 atau secara persentase turun 0,41 persen dari 9,15 persen menjadi 8,74 persen.

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan lebih sedikit dibanding di daerah perkotaan. Meskipun begitu, persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada bulan Maret 2023 sebesar 8,74 persen, sedangkan di daerah perkotaan sebesar 5,18 persen.

“Pola ini sama dengan kondisi September 2022 persentase penduduk miskin di perkotaan 5,58 persen sedangkan di perdesaan lebih tinggi 9,15 persen,” kayanya.

Adapun untuk perubahan garis kemiskinan September 2022 – Maret 2023 besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Selama September 2022-Maret 2023, Garis Kemiskinan naik sebesar 1,91 persen, yaitu dari Rp. 802.566,- per kapita per bulan pada September 2022 menjadi Rp. 817.876,- per kapita per bulan pada Maret 2023. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

“Pada bulan Maret 2023, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,27 persen. Sedangkan sumbangan GKNM terhadap GK adalah sebesar 26,73 persen.Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan Maret 2023 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 851.133,- sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 765.597, Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan,” terangnya

Sedang untuk komoditi penyumbang garis kemiskinan terbesar yaitu, komoditi makanan yang mempunyai andil terbesar dalam membentuk garis kemiskinan makanan di Kalimantan Utara pada bulan Maret 2023 antara daerah perkotaan dan perdesaan terdapat perbedaan pola. Lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan makanan (GKM) di perkotaan adalah beras, rokok kretek/filter, telur ayam ras, bandeng, dan daging ayam ras.

Sementara lima komoditas terbesar penyumbang garis kemiskinan makanan di perdesaan adalah beras, rokok kretek/filter, bandeng, telur ayam ras, dan mie instan. Penyumbang terbesar di seluruhwilayah (perkotaan dan perdesaan) adalah komoditi beras dengan kontribusi sebesar 25,85 persen di perkotaan dan 25,85 persen di pedesaan.

“Lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan non makanan (GKNM) di perkotaan yaitu perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan perlengkapan mandi, dan di perdesaan terdapat perbedaan pola. Lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan non-makanan (GKNM) di perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, perlengkapan mandi, dan pendidikan. Komoditas perumahan merupakan yang paling besar kontribusinya terhadap Garis kemiskinan Non makanan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sumbangan dari komoditas perumahan ini sebesar 36,00 persen di perkotaan dan 44,75 persen di perdesaan,” pungkasnya. (*)

Reporter: Ike Julianti

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *