benuanta.co.id, NUNUKAN – Jhonson, seorang warga Tionghoa di Kelurahan Nunukan Tengah. Keluarga Jhonson dengan penuh sukacita merayakan Imlek walaupun secara sederhana.
Dari pintu masuk rumah Jhonson, terlihat bagian atas langit rumah sudah berhiaskan lampion imlek hingga dinding. Dekorasi bernuansa warna merah dan meja makan terlihat ramai dengan aneka makanan mulai dari kue hingga buah-buahan seperti jeruk yang identik dengan hari perayaan Imlek.
Jhonson mengatakan meski sederhana, tradisi menyambut Imlek bagi umat Tionghoa masih terasa kental. Untuk persiapan saja mereka lakukan sejak dua pekan lalu sebelum perayaan imlek. Seperti menyiapkan tebu, jeruk bali dan aksesoris Imlek yang didominasi warna merah.
Dia menjelaskan makna sejarah tebu. Tradisi ini memiliki makna khusus dan mewakili keinginan untuk membawa keberuntungan, kebahagiaan, dan kelimpahan dalam tahun yang baru.
Salah satu tradisi Imlek di Indonesia, khususnya di Kabupaten Nunukan adalah memasang batang tebu di depan rumah. Tradisi ini dilakukan Jhonson dengan memasang dua batang tebu di depan pintu masuk rumah warga Tionghoa menjelang perayaan Imlek.
Konon, cerita terdahulu pada saat peperangan, tebu ini menjadi tempat persembunyian mereka dari kepungan musuh akhirnya mereka terselamatkan. Dari situ mereka mempercayai bahwa tebu dapat menangkal bala.
“Selain penangkal bala, tebu ini ada manisnya sehingga setiap rumah tangga menjadi harmonis dan dapat terhindar dari segala bahaya,” kata Jhonson, kepada benuanta.co.id, Ahad, 11 Februari 2024.
Biasanya keluarga Tionghoa sudah memasang sepasang tebu di depan pintu rumah dua atau tiga hari sebelum Imlek.
Selain tebu, warna merah juga dipercayai sebagai kegembiraan dan memiliki aura positif dalam diri sendiri sehingga melahirkan hal-hal yang positif. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Ramli