benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara Usman, menyebutkan angka kematian ibu melahirkan di Kalimantan Utara (Kaltara) masih terbilang cukup tinggi.
Berdasarkan data terakhir tahun 2019, angka kematian ibu melahirkan mencapai 16 kasus.
Sementara pada 2023 ini, Dinkes menargetkan angka kematian ibu melahirkan turun 22 persen. Begitu pun dengan angka kematian bayi, masih perlu ditekan
Atas kondisi ini, Pemerintah Provinsi Kaltara akan membentuk kelompok kerja (Pokja), sebagai upaya menekan angka kematian ibu dan bayi di wilayah ini. Di mana di dalamnya, beranggotakan dari beberapa OPD (organisasi perangkat daerah) terkait.
“Kematian ibu dan kematian bayi menjadi perhatian serius Pemerintah. Tak terkecuali bagi Pemprov Kaltara,” katanya, Kamis, (17/8/2023).
Penurunan angka kematian ibu dan bayi menjadi target, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kaltara, serta dalam rencana steategis Kementerian Kesehatan.
“Kalau bisa tidak ada lagi kasus kematian ibu di tahun 2024,” kata Usman.
Ia mengungkapkan, pada 2023 target penurunan jumlah kematian ibu di Kaltara bisa menurun hingga 22 persen dari angka tahun 2019. Sementara, target angka kematian bayi sekira 11/1000 kelahiran hidup.
“Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi tidak bisa dilakukan sendiri oleh Dinkes Kaltara,” terangnya.
Ia menjelaskan, Pokja Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi memiliki memiliki susunan keanggotan dan uraian tugas masing-masing.
Sehingga masing-masing dapat memiliki dan menjalankan dalam upaya percepatan penurunan AKI AKB berjalan secara maksimal. (*)
Reporter: Ike Julianti
Editor: Yogi Wibawa