benuanta.co.id, TANA TIDUNG – Tahun pembelajaran baru sekolah tahun 2022/2023, Dinas Pendidikan (Disdik) Tana Tidung akan menggunakan dua kalender akademik yang berbeda.
Adanya dua kalender akademik yang berbeda ini disebabkan karena adanya perbedaan motede belajar yang diterapkan oleh sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Tana Tidung (KTT). Di mana ada sekolah yang menerapkan metode reguler dan ada sekolah yang menerapkan metode full day.
“Kalau reguler itu metode pembelajaran lama yang menerapkan belajar dari pagi hingga siang hari, selama 6 hari dalam sepekan. Sedangkan yang full day, itu yang pembelajaran sekolahnya dari pagi hingha sore hari, di mana siswa akan bersekolah dari pagi hingga sore hari selama 5 hari dalam sepekan. Makanya kita buatkan dua kalender yang berbeda,” kata Kabid Pembinaan dan Pendidikan Dasar, Disdik Tana Tidung, Johansyah saat ditemui benuanta.co.id pada Selasa, 14 Juni 2022.
Lebih lanjut ia menerangkan, adanya dua penerapan metode pembelajaran ini tidak akan merugikan peserta didik maupun tenaga didik, mengingat penerapan dua kalender akademik ini memiliki beban kerja yang sama.
“Dalam sepekan guru mengajar dengan kurun waktu 37 hingga 40 jam, bebannya sama masa liburnya juga sama yang berbeda hanya ada yang 5 hari dan ada yang 6 hari bersekolah,” ujarnya.
Johansyah juga membeberkan saat ini sudah ada dua sekolah yang menerapkan metode pembelajaran full day di KTT dan dua sekolah yang menerapkan metode reguler.
“SMP terpadu Tana Tidung dan SDN 002 Tana Tidung itu full day 5 hari, sedangkan SMPN 002 Tana Tidung dan SDN 001 Tana Lia, itu masih menerapkan 6 hari pembelajaran. Tapi, bagi raport dan liburnya mereka ini sama,” bebernya.
Di sisi lain, menanggapi hal ini Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 018 Tana Tidung, Antung yang merupakan mengaku sangat mendukung progres ini. Antung mengatakan tidak ada masalah dalam penerapan dua metode pembelajaran dan dua kalender akademik ini.
“Beban kerja sama hanya hari-hari kerjanya saja yang berbeda. Tapi pada dasarnya semua sama aja,” kata Antung.
Meski demikian, dengan adanya dua kalender dan metode pembelajaran yang berbeda ini, Antung juga berharap akan adanya pengawasan dari pihak Disdik agar penerapan metode reguler dan full day dapat terakomodir dengan baik.
“Harus terakomodir dengan baik karena kita ada dua kalender akademik yang berbeda, sehingga penerapannya harus disusun dulu dengan baik,” pungkasnya. (*)
Reporter : Osarade
Editor : Nicky Saputra