Sekretaris HIPMI Tarakan, Buhari Nawir
ERA revolusi industry 4.0 dan pandemi Covid-19 menjadi tantangan yang kompleks untuk bangsa Indonesia, sehingga berimplikasi terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat. Saat ini bangsa Indonesia tidak hanya membutuhkan semangat yang besar, namun juga memerlukan karakter kebangsaan yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila tidak hanya digunakan sebagai ideologi dan dasar negara, namun juga sebagai konsep peradaban bangsa Indonesia dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila merupakan acuan pada seluruh aspek kehidupan baik fisik maupun non fisik.
Setiap butir yang terkandung dalam Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusian, Nasionalisme, Demikrasi, dan keadilan sosial merupakan perwujudan nilai-nilai kehidupan yang perlu kita jaga dalam berbangsa.
Pendidikan karakter berkaitan dengan masa depan generasi bangsa. Generasi bangsa adalah tunas dan harapan, generasi bangsa yang berkualitas diharapkan mampu menjadi penggerak dalam menegakan peradaban. Peran generasi muda sebagai focal point dalam pembangunan bangsa, memberikan megah warna, karena mereka memiliki fisik dan mental yang kuat, inovatif dan kreatifitas yang tinggi.
Di tahun 2030 Indonesia akan menyambut bonus demografi di mana usia produktif (15-64 tahun) 64% lebih mendominasi dibanding usia non produktif. Harapan besar dari bangsa ini dengan adanya bonus demografi maka agen pembaharuan dan pembangunan yaitu generasi muda akan memberikan dampak positif yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa.
Namun optimisme ini tetap akan memberikan kekhawtiran jika para generasi tidak dipersiapkan dengan baik untuk menyongsong peradaban, karena setiap masa akan mengalami perubahan sosial dan cultural. Hal ini lah menjadi tantangan yang besar terhadap setiap gejolak perubahan di setiap waktu.
Diharapkan generasi penerus bangsa tidak hanya sehat secara fisik dan mental, namun juga harus memiliki kemampuan dalam menganalisis potensi diri terhadap perubahan zaman. (*)