Kuntaw, Seni Bela Diri Suku Tidung dalam Melumpuhkan Lawan

benuanta.co.id, TANA TIDUNG – Menjadi salah satu suku asli yang ada di pulau Kalimantan bagian utara, nama suku Tidung tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Khususnya masyarakat yang ada di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).

Meski dikenal sebagai suku yang memiliki banyak keanekaragaman keseninan dan budaya. Seperti tarian, pakaian khas hingga upacara adat. Namun ternyata masih banyak masyarakat belum tahu kesenian bela diri Kuntaw dari suku Tidung.

Pemerhati seni dan budaya suku Tidung, Mustarudin mengatakan Kuntaw merupakan seni bela diri asli suku tidung yang ada sejak berabad-abad yang lalu. seni bela diri ini dulunya wajib dikuasai oleh orang-orang suku Tidung.

“Dalam membela diri, dari musuh ataupun belanda dulu orang-orang Tidung wajib menguasai bela diri Kuntaw dulu sebelum turun untuk bertempur,” kata Mustarudin, kepada benuanta.co.id, Ahad (23/1/2022).

Seni bela diri Kuntaw sendiri memiliki berbagai jenis gerakan, termasuk gerakan saat menggunakan Senjata Tajam (Sajam) ataupun gerakan tangan kosong.

“Bukan untuk bermasud sok jagoan, tapi orang Tidung itu memiliki sifat yang tidak akan menganggu jika tidak diganggu. Jadi segala macam gerakan untuk semua situasi ada di dalam seni bela diri Kuntaw ini,” tegasnya.

Menjaga kelestariannya, seni bela diri ini biasanya dihadirkan dalam beberapa kegiatan adat, khususnya upacara pernikahan.

“Kalau adat pernikahan betawi kan biasanya saling berbalas-balasan pantun dan gerakan. Nah begitu juga kita, baik perwakilan keluarga mempelai perempuan dan laki-laki, biasanya akan saling berbalas-balasan gerakan Kuntaw,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Mustarudi juga menerangkan bebebrapa gerakan tari Japin sendiri juga menggunakan gerakan seni bela diri Kuntaw, namun dengan sedikit perubahan gerakan.

“Japin itu ada sedikit kesamaan dengan Kuntaw hanya saja dalam gerakan memukul dan menendang itu diubah untuk melipat tangan dan kaki,” terangnya.

“Tujuannya itu dulu agar tidak terkesan kurang ajar dengan, para tetua-tetua adat yang biasanya menonton dari depan,” tutupnya. (*)

Reporter : Osarade

Editor : Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *