TANA TIDUNG – Pemerintah Desa Tanah Merah Barat, Kecamatan Tana Lia, memberikan pelatihan menganyam tikar pandan (Daun Belungis) bagi warga Desa Tanah Merah Barat, 3 Mei 2021.
Pj. Kades Tanah Merah Barat, Pitri mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan agar tradisi menganyam tikar pandan atau yang dikenal masyarakat tanah merah dengan sebutan Daun Belungis, tidak punah di zaman yang serba modern ini. Di mana saat ini banyak tikar modern yang diperjualbelikan membuat tikar pandan jarang digunakan masyarakat.
Lebih lanjut ia menyampaikan, tujuan dari pelatihan yang diberikan kepada warga yang terdiri dari ibu-ibu dan para remaja tersebut untuk mengajarkan mereka agar tradisi menganyam tikar pandan yang sudah sejak dahulu menjadi tradisi masyarakat setempat, tidak punah dimakan zaman.
“Kegiatan ini kami laksanakan agar tradisi masyarakat yang sudah ada sejak dahulu tidak punah, seperti yang kita tahu bahwa saat ini hanya orang-orang tua kita saja yang bisa melakukan anyaman tikar pandan. Ini perlu ada generasi yang meneruskan tradisi tersebut agar tidak punah dan bakat dari orang tua dulu dapat dilanjutkan oleh anak-anak jaman sekarang,” ujarnya.
Dari seluruh peserta yang mengikuti pelatihan tersebut, didominasi oleh remaja putri dari Kecamatan Tana lia, dan untuk instruktur berasal dari warga setempat yang sudah biasa atau terampil menganyam.
“Pelatih yang kami ambil ini semuanya dari desa ini, jadi mereka mengajarkan para peserta yang berjumlah 26 orang dan semuanya masih remaja. Agar mereka ini nantinya punya bekal dan tradisi mengayam ini tidak punah tapi menurun ke anak cucu,” jelasnya.
Diakuinya, bahan baku daun pandan saat ini sulit didapatkan, untuk itu ia bersama dengan warganya membudidayakan daun pandan atau daun belugis.
“Bahannya ini dari Daun Pandan, tapi bukan daun pandan yang sering kita pakai buat masak. Ada daun pandan khusus yang dipakai untuk tikar. Nah saat ini bahannya ini sudah susah dicari di sini. Makanya kami budidayakan sendiri daun pandan ini agar mudah diambil dan dibuat tikar,” ungkapnya.
Menurutnya, jika prospek mengayam tikar pandan ini baik, maka akan dikembangkan untuk dijual dan menjadi tambahan penghasilan bagi warga. “Ini juga bisa menjadi penghasilan warga, tikar-tikar yang mereka buat bisa dijual nantinya. Apakah nanti melibatkan Disperindagkop atau Bumdes itu kita akan lihat dulu, karena ini masih dalam tahap pelatihan dulu,” ujarnya.
Ia berharap, bukan hanya tikar pandan yang akan dilestarikan, akan tetapi semua jenis anyaman dari bahan daun pandan yang akan dikembangkan nantinya. “Semoga apa yang telah diajarkan oleh orang tua kita dulu bisa menurun ke anak cucu dan ke depannya akan menjadi penghasilan tambahan bagi warga, khsusunya warga di Desa Tana Lia Barat ini,” harapnya.
Salah seorang peserta mengayam, Mayangsari mengungkapkan, dirinya baru pertama kali menganyam dan ini menjadi tantangan tersendiri buat dia.
“Awalnya saya pikir mudah menganyamnya, setelah saya coba ternyata agak sukit, kita harus konsentrasi dalam menganyam. Ini adalah pengalaman pertama saya menganyam, ternyata seru juga walaupun agak sulit,” katanya.
Ia berharap Pemerintah terus mendukung tradisi ini, agar tradisi yang sudah ada di Tana Tidung sejak dulu tidak punah. “Kalau dulu tikar anyaman dari anyaman daun pandan ini selalu ada di rumah warga, tapi saat ini sudah jarang ditemukan. Untuk itu saya harap pemerintah terus mendukung tradisi menganyam ini, agar tradisi yang sudah ada sejak dulu di Tana Tidung tidak punah,” harapnya.(*)
Reporter : Dwi
Editor: M. Yanudin