Rumput Laut Petani Dijual Murah ke Pemodal Pakai Jaminan Penyebab Harga Merosot?

TARAKAN – Merosotnya harga rumput laut yang rata-ratanya saat ini masih dikisaran Rp 9 hingga Rp10 ribu perkilogram, ternyata memiliki perbedaan harga jual antara pembudidaya dengan petani lepas kepada penampung.

Hal ini diungkapkan, Fendi salah seorang petani rumput laut di Tanjung Pasir, Kelurahan Mamburungan, Kecamatan Tarakan Utara yang mengatakan, perbedaan harga itu disebabkan adanya fenomena saling jamin menjamin dari pembudidaya dan petani lepas terhadap penerima hasil rumput laut mereka.

Penerima hasil rumput laut, serupa penampung dan lainnya. Kata Fendi, juga memiliki kesepakatan sebelumnya untuk menerima jaminan petani. Begitu mencapai kata sepakat, barulah petani rumput laut menerima upeti yang disebut Fendi sebagai modal untuk kebutuhan sehari-hari. Demikian pula penutupi biaya tak terduga dari kegiatan operasional merintis rumput laut yang mengalami kendala.

“Karena dijaminan itu harga kita yang diambil bisa turun (dipotong) Rp 1.500 ribu (dari harga awal) atau lebih. Tergantung kesepakatan,” kata Fendi kepada benuanta.co.id disela-sela skorsing hearing di DPRD Tarakan, Rabu (28/4/2021) kemarin.

Kendati tak ingin membeberkan secara merinci terkait jaminan apa yang diminta pemodal atau yang diberikan para petani agar rumput lautnya dibeli sesegera mungkin. Yang jelas, lanjut pria perantau asal Sulawesi Selatan berperawakan tinggi besar ini. Setelah petani diberikan modal, rumput laut milik petani itu pun dibeli pemodal jauh lebih murah. Seingatnya lagi, harga yang dibeli selama ini pun tak melebihi angka Rp 10 ribu per kilogramnya.

Baca Juga :  Maraknya Peretasan WhatsApp, Ahli IT STMIK PPKIA Tarakanita Rahmawati Buka Suara

“Begitulah. Ada istilahnya jaminan (dimodalkan dulu) misalnya, ah limapuluh ribu dulu. Kalau harga (jual rumput laut) itu tergantung daripada si jaminan ini. Ya kalau harga awal Rp 10 ribu, berarti dia ambil Rp 9.500. Tapi kalau yang non jaminan (tidak dimodali) itu bisa sampai Rp 11.500 bisa lebih tinggi lagi juga tergantung permintaan, siapa mau beli tinggi itu yang dijual,” bebernya.

Berbeda dengan Fendi, yang kurang nyaman adanya pemodal melakukan jaminan untuk membeli rumput laut petani dengan harga murah. Anto, warga Tanjung Batu, Kelurahan Mamburungan, Tarakan Timur yang juga rekan sejawat Fendi dalam urusan membentangi rumput laut di wilayah pesisir Mamburungan, menuturkan adanya pemodal dengan jaminan dan harga rendah. Mau tak mau harus dilakoni petani yang sesak akan biaya hidup.

Baca Juga :  KPU Sebut Paslon di Pilwali Tarakan Memenuhi Syarat Kesehatan

“Kita semua kan butuh biaya ya. Aku pribadi sebenarnya melihat itu (pemodal) tergantung dari kebutuhan masing-masing. Sedikit banyaknya juga kita terbantu, karena dalam keadaan terdesak dan butuh cepat untuk makan, uang bensin atau yang lain. Ya bisa ke situ,” jelas Anto.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Budidaya Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tarakan, Asmuni tak menampik adanya Covid-19 juga berdampak pada sektor pertanian hasil laut, yang mana sebagai besar petani rumput laut, nelayan dan lainnya turut berada diposisi kesulitan ekonomi.

Alhasil, perputaran ekonomi yang lamban itu menjadi salah satu pemicu pergeseran penjualan hasil panen yang dibeli dengan harga rendah. Kendati demikian, Asmuni juga mengakui perubahan pola yang menyebabkan fenomena saling jamin menjamin tersebut tak terhindarkan. Selain itu ia menilai aksi tersebut acap kali dilakukan oleh penangkap lepas, dan bukan dilakukan pembudidaya rumput laut.

“Ya memang saat ini ada begitu. Tapi mungkin dia penangkap lepas saja, bukan pembudidaya. Jadinya bebas, dia tidak terikat apapun,” terang Asmuni.

Hal lain dari anjloknya harga tersebut sejatinya dipengaruhi pula oleh posisi permintaan. Sebelumnya, ia juga menjelaskan kemerosotan ini bisa diantispasi dengan menahan stok hingga mendapatkan harga maksimal. Sebab, daya tahan rumput laut hasil budidaya petani di Tarakan disebutnya mampu bertahan antara dua sampai 3 tahun. Disamping alternatif lainnya sebagai upaya meningkatkan harga jual.

Baca Juga :  Satu Suspek Cacar Monyet di Tarakan Dinyatakan Negatif

“Kita tidak tahu apakah proses pemenuhan buyyer atau mekanisme pasar, yang jelas kita lihat ada kontur pasar dari permintaan penyediaan bahan baku itu bisa dilihat. Tapi memang harga trennya memang menurun. Nah posisi Rp 9 ribu ke Rp 10 ribu itu sudah ada pergeseran dan tentu kita berharap naik sampai posisi harga kembali semula,” katanya.

“Jadi bisa menahan (stok) sampai (harga) agak tinggi sedikit. Tapi kadang pembudidaya juga butuh operasional kan untuk biaya hidupnya, nah ini proses penahanan produknya bisa meningkatkan harga,” tandasnya.(*)

Reporter: Yogi Wibawa
Editor: Ramli

Calon Pemimpin Kaltara 2024-2029 Pilihanmu
877 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *