TANA TIDUNG – Sejak pandemi Covid-19, perdagangan emas di Kabupaten Tana Tidung (KTT) semakin lesu. Sebagian besar mengaku mengalami penurunan omzet penjualan. Hal ini lantaran pembeli kian hari kian berkurang, hingga mempengaruhi kurangnya pendapatan para pedagang.
Sejak Covid-19 mewabah, perekonomian memang mengalami penurunan, tak terkecuali di Tana Tidung. Warga yang sehari-hari mencari rezeki terpaksa harus berhati-hati bahkan banyak juga usaha warga yang tutup.
“Sejak virus corona, banyak usaha warga yang tutup, sehingga pendapatan warga menurun. Ini juga berpengaruh pada emas yang saya jual. Saya hanya mengharapkan ASN Saja sekarang (sebagai konsumen),” ujar Yuli, pemilik Toko Emas Mulia di Tideng Pale.
Sebelum wabah covid-19, pendapatan penjualan emas masih stabil, meski tak terlalu signifikan, tidak seperti saat ini turun drastis. “Omzetnya dalam 1 tahun terakhir turun mas, meski memang tidak terlalu berpengaruh. Penyebabnya seperti yang kita tahu di siaran telivisi saat ini perekonomian selama corona membuat warga kesulitan dalam mencari nafkah, sehingga berdampak kepada kami pedagang emas ini,” jelasnya.
Namun, Yuli tak khawatir dengan fenomena ini seperti saat ini. Menurutnya, ini memang sudah biasa terjadi. “Tapi nanti juga akan normal lagi, keadaan seperti ini biasanya tidak lama. Di sini memang kita hanya mengharapkan PNS karena memang mayoritas PNS. Pembeli yang bekerja di perkebunan sawit yang biasanya turun ke sini setiap hari libur dan terkadang sebulan sekali setelah gajian, juga berkurang. Tapi tidak ada pengaruhnya, karena mereka membeli emas bukan sebagai perhiasan tapi juga sebagai aset atau tabungan,” ungkapnya.
Untuk diketahui, harga emas 23 karat tipe 916 Rp 670 ribu per gram, tipe 875 Rp 600 ribu, tipe 833 Rp 530 ribu. Dan emas 24 karat Rp 700 ribu per gramnya.(*)
Reporter: Dwi Widdyaswiranata
Editor: M. Yanudin