benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Bulungan terkait indikator Kesejahteraan rakyat Bulungan tahun 2024 mengungkapkan, setiap sisi dalam pembangunan, baik ekonomi, pendidikan, keamanan, sosial dan lain-lain membutuhkan aspek kesehatan untuk tumbuh dan bergerak maju. Oleh karena itu, kesehatan selalu menjadi isu penting dalam pembangunan.
“Komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan bidang kesehatan di Indonesia tercermin dari upaya peningkatan kualitas SDM Indonesia, melalui pengalokasian anggaran kesehatan secara optimal setiap tahunnya sesuai kebutuhan masyarakat,” ucap Kepala BPS Bulungan, Yuda Agus Irianto Selasa, (7/1/2025).
Ia menyebutkan kesehatan Penduduk yang sehat menjadi aktor penting dalam pembangunan. Status kesehatan dari suatu penduduk dapat diukur melalui angka kesakitan/morbiditas. Indikator ini menunjukkan persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Semakin rendah angka kesakitan, menunjukkan semakin baik derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah.
“Tingkat kesakitan yang tinggi seringkali mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang serius di masyarakat, seperti adanya penyakit menular serta bencana alam atau konflik tertentu di masyarakat,” ungkapnya.
Angka kesakitan Kabupaten Bulungan tahun 2024 tercatat sebesar 8,57 persen, menurun sebesar 2,47 persen poin dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan menurut jenis kelamin, angka kesakitan perempuan (9,67 persen) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (7,55 persen).
“Secara keseluruhan, penurunan angka kesakitan menunjukkan peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Bulungan,” ujarnya.
Seiring dengan meningkatnya derajat kesehatan, harapan hidup penduduk akan meningkat. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan kemampuan masyarakat untuk hidup lebih lama. Hal ini seringkali merupakan hasil dari berbagai faktor positif, seperti pelayanan kesehatan yang baik, lingkungan yang sehat, gizi yang terpenuhi, serta stabilitas sosial ekonomi.
“Hal Ini tercermin dari proyeksi angka harapan hidup hingga tahun 2023 yang menunjukkan tren positif. Bayi yang lahir tahun 2023 secara rata-rata diperkirakan akan menjalani hidup selama 73,83 tahun. Angka harapan hidup tahun 2023 ini meningkat 0,03 tahun dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya lagi.
Peningkatan angka harapan hidup terjadi baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan. Namun, angka harapan hidup penduduk perempuan meningkat lebih besar dibanding penduduk laki-laki setiap tahunnya.
“Pada tahun 2023, angka harapan hidup penduduk perempuan bertambah sebesar 0,04 tahun, sedangkan angka harapan hidup penduduk laki-laki hanya bertambah sebesar 0,01 tahun,” terangnya.
Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor yang memengaruhi fenomena ini, antara lain karena faktor biologis. Secara biologis, kromosom X yang membawa banyak gen penting untuk keberlangsungan hidup lebih banyak dimiliki oleh tubuh perempuan (XX) dibanding laki-laki (XY), sehingga bayi laki-laki lebih rentan ketika mengalami kondisi genetik yang merugikan.
“Selain itu, sistem imun pada bayi laki-laki juga berkembang lebih lambat dibanding perempuan, sehingga mengakibatkan bayi laki-laki lebih rentan mengalami infeksi dan penyakit,” katanya.
Imunitas dan Gizi Balita Kerentanan seseorang dalam menghadapi berbagai penyakit dipengaruhi oleh imunitas yang dimiliki. Secara alami, setiap bayi yang lahir memperoleh imunitas dari air susu ibu (ASI) yang diterimanya sebagai makanan pertamanya.
ASI mengandung berbagai antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan berbagai infeksi. Pemberian ASI direkomendasikan diberikan kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya secara eksklusif tanpa asupan selain ASI.
Setelah menerima makanan pendamping selain asi, pemberian ASI tetap dilakukan hingga bayi berusia 2 tahun. Pada tahun 2024, seluruh baduta di Kabupaten Bulungan pernah diberi ASI. “Angka ini mengalami peningkatan 1,64 persen poin dibandingkan tahun 2023,” jelasnya.
Pemberian ASI eksklusif yang diikuti imunisasi dasar lengkap, disebut para ahli berpengaruh pada penurunan frekuensi kejadian sakit pada anak berusia 0-12 bulan secara signifikan.
Pada tahun 2024, dari 5 jenis imunisasi dasar lengkap, menurut jenis imunisasinya, capaian persentase balita di Kabupaten Bulungan yang pernah mendapat imunisasi campak menjadi paling rendah dibanding jenis imunisasi lainnya, yaitu sebesar 81,70 persen.
Pemberian imunisasi campak yang dimulai pada usia 9 bulan pada anak tidak kalah penting untuk mencegah dari infeksi parah akibat penyakit campak. Di Indonesia secara nasional masih terdapat kasus malnutrisi, terutama pada anak balita (usia 0-4 tahun), yang merupakan kelompok paling rentan terhadap masalah ini.
Malnutrisi terjadi ketika asupan nutrisi melebihi atau kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga menyebabkan kelebihan gizi, kekurangan gizi, atau gizi buruk.
Pemenuhan gizi menjadi salah satu cara dalam meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Pada balita, status gizinya dapat juga diukur melalui tinggi dan berat badan. Balita dianggap stunting jika memiliki tinggi badan lebih pendek dari standar tinggi anak seusianya.
“Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI), di Kabupaten Bulungan terdapat 22,60 persen balita yang berstatus stunting pada tahun 2022 Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 18,90 persen,” jelasnya.
Fasilitas dan tenaga kesehatan tenaga kesehatan memainkan peran penting, dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak selama proses persalinan. Persalinan yang dibantu oleh tenaga medis terlatih lebih aman karena mengikuti protokol kesehatan yang ketat, seperti penanganan segera jika terjadi komplikasi pada bayi dan penggunaan alat yang aman serta steril.
Hal ini sangat penting untuk meminimalkan risiko selama proses melahirkan. Selain faktor kesadaran ibu dalam memilih bantuan medis, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan di daerah setempat juga sangat berpengaruh.
Di wilayah dengan infrastruktur kesehatan yang memadai, akses terhadap layanan kesehatan berkualitas lebih mudah, sehingga meningkatkan peluang persalinan yang aman.
Sebaliknya, di daerah yang kurang berkembang, terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan sering kali menjadi kendala dalam memberikan perawatan terbaik, yang pada akhirnya berdampak pada keselamatan ibu dan bayi.
Hal ini menyoroti pentingnya investasi dalam infrastruktur kesehatan dan pelatihan tenaga medis di seluruh wilayah untuk memastikan akses yang merata bagi semua lapisan masyarakat.
Akses terhadap layanan kesehatan dasar merupakan salah satu isu strategis yang krusial dalam pembangunan sektor kesehatan. Penyebaran fasilitas dan tenaga kesehatan yang merata memainkan peran penting dalam memastikan masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan perawatan medis.
Ketimpangan distribusi sering kali menyebabkan daerah terpencil atau kurang berkembang kesulitan mengakses layanan kesehatan yang memadai. Oleh karena itu, upaya pemerataan tidak hanya diperlukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga untuk mengurangi kesenjangan kesehatan antar wilayah.
Penambahan program pelatihan tenaga medis lokal dan pengembangan infrastruktur kesehatan di daerah-daerah tersebut dapat menjadi solusi efektif dalam jangka panjang.
Pada tahun 2024, sekitar 36,04 persen penduduk Kabupaten Bulungan mengalami keluhan kesehatan dan menjalani pengobatan jalan di fasilitas kesehatan. Angka ini mengalami peningkatan dari 24,69 persen pada tahun sebelumnya.
Selain fasilitas layanan kesehatan, upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga kesehatan yang memadai terus dilakukan. Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai ketersediaan tenaga kesehatan adalah rasio tenaga kesehatan.
Pada tahun 2023, rasio tenaga medis sebesar 0,39 yang berarti terdapat 39 tenaga medis per 100.000 penduduk. Sementara itu, tenaga keperawatan dan kebidanan memiliki rasio sebesar 5,01 yang berarti terdapat 5 tenaga keperawatan dan kebidanan per 1.000 penduduk. Adapun tenaga kesehatan lainnya memiliki rasio sebesar 1,28 yang berarti terdapat 1 tenaga kesehatan lainnya per 1.000 penduduk. (*)
Reporter: Ikke
Editor: Nicky Saputra