Tarakan – Pertamina Patra Niaga mendukung penuh program pemberdayaan masyarakat di Kota Tarakan dalam mengubah limbah perikanan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis dan berdaya guna. Seperti yang dilakukan kelompok masyarakat bernama Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Lestari Gunung Selatan di Kota Tarakan. Melalui program pendampingan dari Pertamina akhirnya bisa memproduksi pakan ikan dan tepung protein untuk ternak secara mandiri.
Harga pakan ikan cukup mahal di Tarakan sehingga membuat kelompok masyarakat berinisiatif membuat pakan secara mandiri dengan bantuan dari penyuluh Kehutanan UPTD KPH Kota Tarakan dan pihak Pertamina. Gapoktanhut Lestari Gunung Selatan selain membuat pakan ikan air tawar juga membudidayakan ikan air tawar yang lokasinya tak jauh dari rumah produksi pakan ikan. Lokasi yang dimanfaatkan kelompok ini telah memiliki izin Perhutanan Sosial Nomor SK.4667/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/7/2018 dari kementerian kehutanan.
Sugeng Widarno, Penyuluh Kehutanan UPTD KPH Kota Tarakan, mengatakan, kegiatan Gapoktanhut Gunung Selatan di kawasan hutan ini selain menanam kayu ada juga kegiatan silvofishery antara tanaman perhutanan dan perikanan seperti di sekitar lokasi terdapat sejumlah kolam darat untuk budidaya ikan air tawar.
“Ada rumah produksi pakan ikan yang disupport Pertamina Patra Niaga, mengingat pakan pabrik itu sangat mahal, dan juga kadar proteinnya untuk limbah perikanan luar biasa, bagi nelayan itu limbah tapi bagi kita itu potensial untuk kegiatan kelompok,” ungkap Sugeng pada 22 Oktober 2024 di lokasi produksi pakan ikan Gunung Selatan Kota Tarakan.
Gapoktanhut Lestari Gunung Selatan bekerja sama dengan Pertamina Patra Niaga Fuel Tarakan, Universitas Borneo Tarakan (UBT), PT. Sumber Kalimantan Abadi (SKA) dalam hal penyediaan bahan baku limbah perikanan berupa kulit dan kepala udang dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tarakan.
“Hampir semua anggota kelompok kita ini punya ternak babi, artinya potensial rumah produksi ini kita ajukan dan dikembangkan untuk keperluan kelompok, kalau PT SKA sediakan bahan baku itu berupa limbah tadi, kita melihat peluang itu mereka antar gratis, tiap bulan dia antar ada 1 ton lebih,” ucap Sugeng.
Diceritakan Sugeng, langkah pembuatan pakan ikan dan tepung protein ini dimulai dari kulit dan kepala udang dari PT SKA dibersihkan lalu dikukus di atas kompor modifikasi bantuan Pertamina Patra Niaga. Setelah dikukus selanjutnya dijemur di atas tempat yang telah dibuat seperti panggung. Jika panas terik, penjemuran dua hari sudah cukup.
Limbah udang yang sudah dikeringkan disimpan sebelum dicetak menggunakan alat produksi. Limbah kulit dan kepala udang sebelum diolah menjadi pakan dan tepung protein dicampurkan dengan dedak padi, vitamin dan tepung untuk bahan perekatnya. Usai dicetak dengan mesin, hasil cetakan pakan ikan dan tepung protein dijemur supaya kering sebelum bisa digunakan.
Diakui Sugeng, dalam satu bulan kelompok ini bisa memproduksi dua kali pakan ikan dan tepung protein. Hasil produksi kelompok yang memiliki 30 anggota ini masih digunakan secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan masing-masing anggota karena rerata memelihara ternak babi.
Jika dipasarkan nilai ekonomisnya, kata Sugeng, sekitar Rp 10 ribu, di pasaran bisa mencapai Rp 15 ribu. Lanjutnya, pakan ini sudah ada dilakukan uji laboratorium di Universitas Borneo Tarakan. Hasilnya, kadar proteinnya telah memenuhi standar diangkat 37 persen.
Sugeng menyampaikan peran Pertamina Patra Niaga pada tahun 2023 lalu melakukan pendampingan kegiatan peningkatan kapasitas kelompok berupa pelatihan. Setelah itu pengembangan ke budidayanya dan dilanjutkan ke rumah produksi.
“Semua peralatan di rumah produksi bantuan dari Pertamina seperti mesin penggiling, mesin pencetak pelet, penepung dan alat pendukung, listrik dan rumah produksi ini, kompor modifikasi, tempat penjemuran,” ujar Sugeng.
Sementara M. Fauzan Ridwan selaku CSR Officer Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, mengakui ini tahun kedua pihaknya melakukan pendampingan kepada kelompok usaha ini. Alasan Pertamina memilih usaha ini untuk diberikan bantuan karena Tarakan mempunyai kawasan hutan lindung yang menjadi fokusnya pemerintah pusat untuk pengelolaan wilayah perhutanan sosial, sehingga Pertamina ikut mendorong untuk memfasilitasi pengembangannya.
Program pakan ini masih terintegrasi dengan program BATARI (Bandeng Tanpa Duri) yang merupakan program CSR Pertamina Patra Niaga. “Jadi pengolahan lahan limbahnya dapat, dari segi pemanfaatan hutan sosialnya dapat dan pemberdayaan kelompok taninya dapat,” ungkap Fauzan, sapaan akrabnya.
Terpisah, Tadem (66), pembudidaya ikan air tawar di lokasi kawasan hutan Gunung Selatan mengakui ia kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan pakan ikan sehingga dengan adanya program produksi pakan ikan dari limbah perikanan di Tarakan ini bisa membantu usahanya. “Pakan itu saja yang kita tidak mampu itu, sehingga dengan adanya bantuan pakan ternak ini kita terbantukan,” ucapnya pria yang telah menggeluti budidaya ikan jenis nila dan gurame sejak 2016 tersebut. (ram)