benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tarakan melakukan mitigasi terhadap potensi gempa dan tsunami yang kemungkinan terjadi di Kota Tarakan.
Kepala BPBD Kota Tarakan, Yonsep mengungkapkan, sejak 2019 lalu pihaknya telah melakukan analisis terhadap dampak gempa yang terjadi. Selain itu, pihaknya juga telah menganalisa terkait potensi tsunami di wilayah pesisir.
Analisa tersebut menunjukkan, jika terjadi tsunami di Kota Tarakan tingginya mencapai minimal 60 entimeter dan maksimal 200 centimeter atau 2 meter.
“Iya itu pasti terdampak di masyarakat pesisir pantai. Terutama dampak sosialnya,” ungkapnya saat ditemui, Kamis (22/4/2024).
Ia melanjutkan, informasi gempa hingga prediksi tsunami ini memberikan dampak sosial ke masyarakat. Saat ini saja, pihaknya telah melihat kondisi masyarakat yang khawatir dengan informasi tersebut. Namun, menurut Yonsep, masyarakat harus tetap tenang ketika menerima informasi kajian gempa dan tsunami.
“Kita juga tetap antisipasi karena kondisi ini bisa terjadi bisa juga berubah. Masyarakat juga harus paham tanda-tanda tsunami itu,” lanjutnya.
Yonsep menguraikan, masyarakat pesisir harus bersiap ketika menemukan air pantai yang mendadak surut, terdapat bau amis yang berlebihan dan suara gemuruh akibat air laut yang naik kembali.
Diakui Yonsep saat ini infrastruktur di Kota Tarakan belum memadai sehingga belum tersedia alat untuk mendeteksi tsunami. Kendati begitu, pihaknya tetap mengimbau kepada masyarakat melalui sosialisasi yang sudah disampaikan sebelumnya.
“Kita belum punya untuk alat-alat pendeteksinya. Kita sosialisasi meski belum maksimal,” sambungnya.
Adapun untuk gempa sendiri, di wilayah Tarakan terdapat sesar aktif yang dikenal dengan Sesar Tarakan. Ia mengharapkan agar masyarakat mampu memahami makna sesar yang penyebab gempa tektonik di wilayah Tarakan. Terlebih, sesar tersebut selalu bergerak dan memiliki titik di wilayah pesisir Tarakan.
“Kalau di Kalimantan kan tidak memiliki risiko besar seperti Pulau Jawa dan Sumatera. Tapi kita harus hati-hati kan. Jadi diharapkan masyarakat bisa menyelamatkan dirinya, karena kita juga belum ada alat pendeteksi gempa seperti sirine,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa