Cuaca Panas Terik di Kaltara, Ini Penjelasan BMKG

benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tarakan menepis adanya isu wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) terdampak Sulfur Dioksida yang menyebabkan cuaca panas akibat efek letusan Gunung Berapi Ruang di Sulawesi Utara. Diketahui, isu ini menyebar luas di sosial media pada Ahad, 21 April 2024.

“Informasi yang disebarkan ini masih belum jelas dikutip dari mana, terlebih kami juga sudah bertanya tapi belum ada balasan. Kami simpulkan informasinya masih tidak benar,” tegas Forecaster BMKG Tarakan, Ida Bagus Gede Yamuna, Senin (22/4/2024).

Dilanjutkannya, adapun cuaca panas dalam kurun beberapa hari terakhir tak ada kaitannya dengan letusan Gunung Berapi di Sulawesi Utara atau gas SO2 di lapisan udara. Pihaknya juga menyebut bahwa keberadaan gas SO2 dilapisan udara akan cenderung menurunkan suhu udara, bukan menaikkan suhu udara.

Baca Juga :  Dinsos Tarakan Kucurkan Rp 10,2 Miliar Bayar Iuran BPJS Kesehatan untuk Masyarakat Kurang Mampu

“Gas SO2 berpengaruh atau tidak terhadap cuaca itu harus ada penelitian lebih lanjut. Tapi faktor dominan pembentuk cuaca terik ini bukan dari gas SO2 itu,” lanjutnya.

Bagus menguraikan, kondisi teriknya wilayah Kaltara saat ini lantaran adanya nilai OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang positif menandakan tidak adanya tutupan awan. Selain itu, pihaknya juga tak memantau aktifnya gelombang atmosfer. Kondisi cuaca terik ini juga didukung dengan indikasi pola angin linier dan cukup kencang di wilayah Kaltara.

“Untuk suhu maksimalnya itu diperkirakan 34 derajat celcius. Tapi karena pola angin masih timuran jadi potensi hujan lokal juga masih bisa terjadi,” tukasnya.

Disinggung soal kemungkinan suhu maksimal seperti yang terjadi pada tahun 2023 lalu, Bagus menyebut hal itu mungkin saja terjadi. Seperti diketahui, pada 2023 lalu sekitar bulan April-Mei suhu di Kaltara tembus 37 derajat celcius menjadi suhu yang tertinggi. Diperkirakan cuaca terik ini akan bertahan hingga empat hari ke depan.

Baca Juga :  Pemprov Kaltara Harap Dukungan Swasta untuk Pengembangan Produk TTG

“Suhu panas itu cenderung tinggi di sekitar bulan Maret, April, Agustus, September dan Oktober, karena dibulan tersebut ada gerak semu tahunan matahari. Ketika memasuki bulan tersebut posisi matahari berada di khatulistiwa, apalagi kita di Kaltara berada tepat di garis khatulistiwa,” bebernya.

Adapun potensi hujan lokal masih dapat terjadi di wilayah pesisir Kaltara, seperti Nunukan, Sebatik, Bunyu, Tana Lia, Tarakan, Tanjung Palas Utara dan Timur hingga Tanjung Selor yang diprediksi hujan lokal pada pagi hari. Sementara memasuki siang hingga sore hari, prediksi hujan lokal masih dapat terjadi meluas ke wilayah Barat seperti Bulungan, KTT, sebagian Nunukan Utara dan sebagian Malinau. Awan yang menyebabkan potensi hujan lokal ini akan berkurang ketika memasuki malam hari.

Baca Juga :  Air Dikeluhkan Keruh, PDAM Tarakan Beri Penjelasan

“Hujan lokal ini masih akan terjadi, kalau prediksi cuaca terik hingga empat hari ke depan maka pada hari kelima masih ada potensi untuk menerima hujan,” pungkasnya.(*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Ramli

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2681 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *