benuanta.co.id, TARAKAN – Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Zainal Arifin Paliwang mengunjungi Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Tarakan pada Jumat, 26 Januari 2024. Kunjungan tersebut dalam rangka salat Jumat bersama Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sekaligus menindaklanjuti perjanjian kerja sama Lapas Kelas IIA Tarakan dengan RSUD dr H JSK.
Gubernur Zainal mengatakan, kunjungan kali ini bukan yang pertama kalinya. Kedatangannya ini sudah keempat kalinya, ia bersama rombongan mengunjungi Lapas Kelas IIA Tarakan.
“Saya sudah pernah sebelumnya bermain futsal di sini, salat Jumat di sini juga. Sekaligus silaturahmi melihat kondisi Lapas beberapa waktu dan saat ini,” katanya, Jumat (26/1/2024).
Terdapat juga perjanjian kerjasama untuk bantuan kesehatan terhadap WBP. Mulai hari ini, WBP akan di cek kesehatannya dan penanganan bagi WBP yang sakit dapat dilakukan di Lapas Kelas IIA Tarakan.
“Mulai sore ini sudah bisa cek kesehatan gratis bagi Lapas Tarakan,” sambungnya.
Gubernur Zainal juga menyempatkan bersilaturahmi dengan WBP laki-laki usai sholat Jumat. Tak lupa, ia menyambangi blok hunian wanita untuk sekedar memberikan semangat dan pesan bagi WBP selama menjalani masa pidana.
“Pesannya selama di dalam Lapas harus berkelakuan baik. Nanti saat keluar dari Lapas juga bisa mengaplikasikan apa-apa saja yang sudah dilatihkan sebagai bekal mereka (WBP) juga,” tuntas orang nomor satu di Kaltara itu.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIA Tarakan, Sutarno menyebut sangat menyambut hangat kunjungan dari Gubernur Zainal. Ia juga mendampingi Gubernur saat berkunjung ke area dapur Lapas juga blok hunian. Sutarno mengucapkan terimakasih atas bantuan kesehatan yang nantinya akan disediakan satu ruangan khusus untuk penanganan kesehatan bagi WBP.
“Beliau silaturahmi dengan warga Kaltara. Karena bagaimanapun yang di dalam (Lapas) ini warga beliau. Kemudian menindaklanjuti dengan adanya perjanjian kerjasama dengan rumah sakit umum Daerah. Kita ada diberikan satu ruangan untuk penanganan yang sakit,” jelasnya.
Selama terdapat kendala penanganan kesehatan bagi WBP yang sakit. Lantaran harus menuju ke rumah sakit, sedangkan jumlah petugas Lapas yang turut mendampingi WBP juga terbatas.
“Kadang kita rujuk ke rumah sakit, jumlah pengamanan kami minim. Kalau fokus di sini, ada ruangan khusus itu lebih baik,” tutup Sutarno. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Nicky Saputra