benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Postingan di sosial media salah satu warga di Kabupaten Bulungan terhadap pelayanan medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Soemarno Sosroatmodjo kepada seorang ibu hamil hingga bayinya dinyatakan meniggal dunia menjadi perhatian netizen.
Sulfia, anak pasien mewakili keluarga menjelaskan, pada 24 Desember 2023 lalu, pasien atas nama Yangkot mengalami kontraksi dan langsung dibawa keluarga ke puskesmas terdekat yang ada di Sekatak Buji.
Tiba di puskesmas Sekatak, tenaga medis merasa tidak bisa menolong pasien karena membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan juga tenaga kesehatan yang profesional untuk menangani pasien. Usia pasien Yangkot terbilang rentan untuk melahirkan karena 30 tahun ke atas. Yangkot dirujuk ke RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Sekitar pukul 12.30 Wita pihak keluarga meminta untuk melakukan tindakan operasi. Akan tetapi alasan pihak rumah sakit tidak bisa melakukan operasi karena ada persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
“Jadi kami (suami pasien) malam itu juga langsung melengkapi persyaratan untuk operasi, karena pasien menggunakan BPJS kesehatan untuk pengobatan di Tanjung Selor,” katanya, Selasa (26/12/2023).
“Setelah persyaratan dilengkapi, kembalilah suami pasien untuk meminta dilakukan tindakan operasi kepada petugas kesehatan, akan tetapi petugas yang jaga malam itu mengatakan bahwa tindakan operasi tidaklah gampang. Bahkan petugas kesehatan itu tetap optimis bahwa pasien bisa melahirkan normal karena sudah pembukaan lengkap,” katanya lagi.
Lanjut kata Sulfia, suami pasien sudah menjelaskan bahwa Yangkot sudah pernah menjalankan operasi caesar empat tahun lalu, sehingga tidak mungkin untuk melahirkan secara normal ditambah berat badan bayi yang mencapai tiga kilogram lebih, sehingga tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal.
“Takutnya kalau melahirkan normal dengan berat bayi yang lumayan berat, jahitan operasi caesar empat tahun lalu akan robek, tapi hal ini dipaksakan oleh pihak rumah sakit bahwa bisa melahirkan normal,” ungkapnya.
Sepanjang malam suami pasien terus menerus memohon untuk dilakukan tindakan operasi. Namun hal tersebut tidak dihiraukan oleh petugas kesehatan sampai keesokan harinya. Bahkan kata Sulfia, pasien sendiri sudah meminta untuk dilakukan tindakan operasi dikarenakan kondisi pasien yang melemah ditambah lagi bayi yang kurang aktif bergerak.
“Kondisi pasien sudah lemah dan bayi kurang bergerak tapi belum ada juga etika para dokter untuk melakukan operasi. Namun pukul 09.00 pagi, akhirnya mereka melakukan operasi. Tapi suami korban sempat bingung apakah pasien langsung dioperasi atau tidak. Karena para dokter selesai melakukan tindakan operasi pada pukul 11.00 siang dan (suami pasien) masuk ke ruang operasi bayi sudah tidak bergerak,” tuturnya.
Alasan bayi sudah tidak bergerak karena bayi yang kurang sehat. Sementara dua hari sebelum kontraksi pasien sempat pergi ke dokter spesialis yang ada di Tanjung Selor untuk melakukan USG.
Setelah melakukan tindakan operasi, lanjut Sulfia, suami pasien masuk ke ruangan operasi untuk melihat istrinya, si suami ini sempat kaget melihat kondisi perut istrinya belum dijahit.
“Jadi dari pukul 09.00 sampai 11.00 itu kenapa perutnya belum dijahit, saya bingungnya juga disitu. Tapi kondisi bayi itu berusaha di pompa dan ternyata tidak bisa selamat,” ungkapnya.
Informasi pada pukul 06.00 Wita kondisi bayi sudah tidak aktif. “Jadi tanggal 24 Desember malam sampai tanggal 25 pukul 11.00 siang, baru dikonfirmasi kalau bayi sudah tidak ada (meninggal dunia, red), padahal sejak pukul 06.00 Wita keluarga sudah bilang kalau kondisi bayi sudah tidak bergerak,” ungkapnya.
Menurut Sulfia, jika mendengar penjelasan dari video yang beredar di media sosial, saat ini pasien Yangkot ada pendarahan akibat bekas operasi caesar empat tahun lalu.
“Kalau terjadi seperti itu berarti memang kelalaian dari mereka (rumah sakit, red) kenapa mereka baru tahu bekas operasi pasien robek. Dan kemungkinan besar bayi itu meninggal lemas karena pendarahan di dalam perut,” pungkasnya.
Sementara itu secara terpisah, Direktur Utama RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, dr. Widodo melalui Wakil Humas RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, dr. Heriadi Suranta menyampaikan bahwa mereka selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik dan menomorsatukan keselamatan pasien.
“RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo menyatakan bahwa seluruh tenaga kesehatan yang terlibat telah melakukan upaya sungguh-sungguh dalam membantu persalinan,” ucapnya kepada benuanta.co.id, Rabu, 27 Desember 2023.
Meskipun operasi caesar, lanjutnya telah dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayinya, bayi yang lahir tidak tertolong karena adanya komplikasi yang tidak dapat dihindari.
“RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo turut berduka cita dan bersedih atas kejadian ini,” jelasnya.
RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo juga menegaskan bahwa mereka akan menindak lanjuti kasus ini agar menjadi lebih jelas. Informasi yang terkait dengan kematian bayi baru lahir selalu menjadi perhatian RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo.
Pihaknya ingin agar keluarga pasien merasa didengar dan dihormati selama proses ini dan selalu berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik bagi pasien RSUD ini.
“Melalui pernyataan ini, RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo ingin menunjukkan bahwa kami selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pasien dan keluarganya,” tutupnya.(*)
Reporter: Ike Julianti/Heri Muliadi
Editor: Ramli