Telur Ayam Tembus Rp 70 Ribu, DKUMP: Pengaruh Pakan Naik

benuanta.co.id, TARAKAN – Harga telur ayam mengalami kenaikan di beberapa wilayah Kaltara tak terkecuali Kota Tarakan. Naiknya harga telur ini diperkirakan sudah terjadi sejak dua pekan belakangan dengan kenaikan sebesar Rp 6 ribu.

Saat dijumpai, pedagang telur di pasar Gusher Tarakan, Ahmad Yani menuturkan kenaikan harga telur ini tak hanya berimbas pada omzet yang didapatkan. Melainkan juga keluhan dari pelanggannya. Terlebih, telur yang didagangkannya ia ambil dari Pare-pare.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1590 votes

“Naiknya (harganya) tergantung. Setiap kedatangan kapal itu berbeda-beda. Kalau mengambil dari Tarakan itu selalu mahal, sudah terbatas telurnya harganya juga tinggi,” tuturnya, Kamis (25/5/2023).

Telur yang dijual Yani memiliki dua size, besar dan kecil. Untuk size kecil saat ini dibandrol pada harga Rp 66 ribu dan besar Rp 70 ribu. Alhasil, ia hanya mempu menjual tak sampai 100 piring setiap harinya. Ia juga mengaku tidak tahu pasti mengapa telur mengalami kenaikan harga pada dua minggu belakangan. Karena naiknya harga telur ini, ia juga tak berani mengambil banyak telur saat kedatangan kapal.

Baca Juga :  Pertamina: Stok dan Penyaluran BBM, LPG serta Avtur Aman di Kaltara 

“Paling hanya 600 piring setiap kedatangan kapal. Kalau sebelum naik harga biasa saya ambil 700 hingga 800 piring. Semua pelanggan mengeluh. Apalagi kalau untuk dijual lagi di warung-warung begitu. Pasti dinaikin lagi harganya perbutir,” jelas dia.

Kendati setiap harinya instansi terkait turun dalam memantau harga bahan pokok dipasaran hal itu tak cukup membantu pedagang telur saat ini yang kesulitan lantaran melonjaknya harga. Masyarakat pun tetap membeli telur dikarenakan hal tersebut merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.

Tak hanya Yani, pedagang telur di Pasar Tenguyun, Rosdiana yang berjualan 10 tahun lamanya juga mengeluhkan hal yang sama. Ia juga mengambil telur dari Pare-pare karena menurutnya harga yang cukup murah dibandingkan telur lokal.

“Kalau telur ayam di Tarakan itu dibatasi. Maksimal 70 rak beli selebih itu tidak bisa,” sebutnya.

Ia juga merasakan hal yang sama dari pelanggan yang mengeluhkan kenaikan harga telur ini. Akibatnya ia pelanggan mengurangi jumlah pembelian, misalnya saja sebelum kenaikan harga dapat membeli satu hingga dua piring, kini menjadi setengah piring saja.

Baca Juga :  Pertamina Tambah Kuota BBM dan LPG untuk Kebutuhan Ramadan hingga Lebaran

Omzet yang didapatkan perhari pun tak mencapai Rp 1 juta. Padahal sebelumnya, keuntungan yang ia dapatkan perhari berkisar Rp 1,5 hingga Rp 2 juta rupiah.

“Dulu bahkan bisa Rp 10 juta perhari. Sekarang merosot drastis. Tidak sampai setengahnya malah,” lanjutnya.

Salah satu pembeli, Dian mengatakan sangat berdampak. Sebelum kenaikan harga ia biasa membeli telur berukuran jumbo seharga Rp 62 ribu. Namun, hari ini hampir menyentuh angka Rp 70 ribu rupiah.

“Ya agak naik sih. Tapi mau bagaimana ini kan juga kebutuhan. Mau tidak mau harus beli,” singkatnya.

Terpisah, Kontributor Pasar Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan (DKUMP) Tarakan, Firman mengatakan kenaikan harga ini telur ini memang sudah terjadi dari daerah pemasok yakni Sulawesi Selatan. Hal ini terjadi lantaran harga pakan ayam yang turut naik.

“Pangan dan obat-obatannya itu naik makanya harga telurnya juga naik. Kalau kebutuhan telur memang dari Pare-pare,” katanya.

Baca Juga :  BPD Kaltimtara Siapkan Rp 2 Miliar Penukaran Uang Kecil untuk Hari Raya

Adapun saat ini terdapat pilihan untuk masyarakat dalam membeli telur. Terdapat agen penjual telur lokal di Tarakan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang mengeluhkan harga telur asal Pare-pare. Menurutnya, harga telur lokal tidak semahal yang ada di pasaran. Tetapi, tak ditampiknya ketersediaan telur lokal memang tidak mencukupi kuota.

“Makanya pedagang lain itu mengambil dari luar semua. Kalau saya lihat masyarakat ini sukanya yang lokal. Kalau dari luar itu kadang dingin dan kalau dipecah kuningnya berhambur. Tapi tidak semua karena ada size nya,” beber Firman.

Perbedaan harga yang dibandrol antara telur lokal dan telur dari luar juga tak cukup jauh yakni sekitar Rp 5 ribuan. Ia juga tak dapat memastikan kapan harga telur akan kembali normal. Namun, menurutnya, naiknya harga telur ini tidak akan berlangsung lama.

“Biasanya sebulan dua bulan itu harganya sudah turun. Permintaan dan kebutuhan itu juga mempengaruhi,” pungkasnya.(*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *