Banjir Sembakung Beragnsur Surut

benuanta.co.id, NUNUKAN – Banjir di empat desa di Kecamatan Sembakung berangsur surut. Air yang merendam di pemukiman warga mulai terpantau surut sejak 1 Februari 2023.

Kapolsek Sembakung, IPTU Sunarta menyampaikan setelah melakukan koordinasi dengan pemerintah kecamatan dan teknisi terkait sehingga BNPB Kabupaten Nunukan bersama Kecamatan, Koramil, Polsek, KSB, Tagana, Relawan turun kembali ke lokasi terdampak banjir. Hal itu dilakukan untuk melakukan pendataan terhadap warga terdampak banjir, rumah yang tergenang air banjir dan fasilitas umum, serta fasilitas kesehatan yang tidak dapat difungsikan.

“Kecamatan meminta setiap desa segera membuat kajian mitigasi desa, dan membuat tiang ukur ketinggian air,” kata Sunarta kepada benuanta.co.id.

Baca Juga :  BMKG Prediksi Cuaca Hujan Berpotensi Terjadi di Nunukan pada Libur Nataru

Dari rapat koordinasi itu, ada yang menjadi pembahasan yaitu menentukan lokasi tempat penampungan tenda pengungsian, dan juga mengusulkan pembuatan selter penampungan pengungsi dan sarana transportasi ke lokasi banjir.

Ada beberapa catatan dari Polsek Sembakung yakni empat desa terdampak banjir tahunan di wilayah Kecamatan Sembakung, di antaranya Desa Atap, Desa Manuk Bungkul Desa Lubakan dan Desa Tagul.

Baca Juga :  PLBN Sei Nyamuk Intensifkan Layanan ke Masyarakat Jelang Nataru   

Jarak pemukiman warga Desa Atap, Desa Manuk Bungkul, Desa Lubakan dan Desa Tagul dengan bibir bantaran sungai Sembakung berkisar antara 10 meter hingga dengan 500 meter sehingga air sungai Sembakung meluap banjir langsung menggenang di halaman rumah warga.

Dari empat desa yang terdampak itu Desa Atap sebanyak 792 KK dengan 2.760 Jiwa, Desa Manuk Bungkul 113 KK dengan 401 jiwa, Desa Lubakan 164 KK, 585 jiwa dan Desa Tagul 136 KK 540 jiwa, dengan total sebanyak 1.205 KK dan dengan jumlah 4.286 jiwa.

Baca Juga :  Jumlah Pasangan Menikah di Nunukan Selatan Menurun, Pernikahan di Bawah Umur Nihil

“Warga Sembakung yang berada di hamparan sungai dengan bentuk rumah panggung sehingga saat banjir tahunan tiba menganggap banjir hal yang biasa terjadi,” jelasnya.

Ketika banjir tiba, warga masih banyak belum bersedia dievakuasi dan memilih tetap bertahan di rumahnya masing-masing. Warga menganggap banjir tidak membahayakan keselamatannya jiwa, apalagi sebagian besar warga sudah menyiapkan diri dengan mendesain rumah dengan posisi yang lebih tinggi. (*)

Reporter : Darmawan

Editor : Nicky Saputra

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *