benuanta.co.id, TARAKAN – Kalimantan Utara (Kaltara) menginjak angka 27 persen untuk angka stunting di tahun 2021 lalu. Namun angka ini belum maksimal, artinya data prevalensi stunting bisa lebih tinggi atau lebih rendah.
Kasi Kesehatan Keluarga (Kesga) dan Gizi Dinas Kesehatan Kalimantan Utara, Dadang Hermanto, M.Kes menjelaskan bahwa aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) dan survei nasional terkadang memiliki nilai naik turun tergantung inputan dari layanan primer puskesmas.
“Misalnya ada data beberapa ribu harusnya masuk semua ke aplikasi baru kami dapat melihat berapa persen angkanya. Tapi permasalahannya saat ini data itu belum masuk keseluruhan, mungkin baru sekitar 30 sampai 40 persen lah kalau Kota Tarakan,” jelasnya saat dihubungi, Kamis (28/7/2022).
Dilanjutkannya saat ini persoalan angka stunting naik atau turun di tahun ini masih belum diketahui. Saat ini juga ia sudah menginformasikan ke seluruh puskesmas agar menginput data ke aplikasi e-PPGBM.
“Kendalanya ini kurang penekanan dari pemerintah, soalnya sudah dilatih, tenaga juga sudah ada. Ini masalahnya se Kaltara,” tukasnya.
Dadang mengatakan, jika melihat data di luar daerah, presentase stunting di Kaltara masih tertinggal. Sementara untuk prosedur pendataan sendiri, dipaparkan Dadang awalnya bayi akan ditimbang oleh kader dan petugas gizi.
“Seharusnya data keseluruhan masuk, tapi permasalahannya kadang-kadang ada yang belum dimasukkan. Sebenarnya ini tugas kader, pengelola puskesmas termasuk lintas program sektor yang didesa biasanya KPM. Tapi saat ini masih dikerjakan oleh pengelola gizi, tapi alasannya kepayahan untuk input daya,” ujarnya.
“Saya berharap ke depan data kita sudah bisa capai 90 persen. Kalau sudah angka itu, tingkat kepercayaan kita terhadap data itu sudah lebih baik dari pada data saat ini yang masih 30 sampao 40 persen. Kita juga masih ragu angka stunting ini naik atau turun,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Matthew Gregori Nusa