Harapkan Pemda Berdayakan Produk Lokal Khas Nunukan
benuanta.co.id, NUNUKAN – Rumput laut yang menjadi salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Nunukan menjadi pundi-pundi penghasilan bagi Hardi. Namun berbeda dengan kebanyakan orang yang menjual rumput laut mentah. Hardi sukses mengolah rumput laut menjadi oleh-oleh amplang khas Nunukan yang diberi nama ‘Karima’.
Awal berdirinya Karima dari masalah menjadi peluang. Delapan tahun lalu, tepatnya tahun 2014 silam, usaha tersebut dirintisnya dengan pengetahuan seadaanya alias otodidak. Saat itu harga rumput laut dijual murah, yang secara otomatis gairah petani rumput laut melakukan penanaman bibit akan menjadi berkurang.
“Saat itu saya mencoba membeli rumput laut seharga Rp 50 ribu tapi sesuai yang saya inginkan. Alhamdulillah bisa dan dapat,” kata Hardi, kepada benuanta.co.id, Sabtu (5/2/2022).
Namanya saja otodidak, tanpa ada pengetahuan yang banyak tentang olahan rumput laut membuat usaha ini gagal beberapa kali.
“Waktu awal buat amplang saya empat kali gagal, namun tidak putus asa saya coba lagi yang kelima kalinya dan Alhamdulillah berhasil,” jelasnya.
Sebelum di pasarkan, Herdi lebih dulu memperkenalkan amplang hasil olahannya kepada keluarga terdekat. “10 orang yang berbeda ini menjadi sampel, tapi saat itu saya tidak memberitahu kalau itu produk saya dengan tujuan agar mendapatkan kritikan,” terangnya.
Ketika awal produksi, amplang ini awalnya juga tak begitu mendapatkan pasar dari masyarakat. Namun seiring waktu akhirnya masyarakat Nunukan mulai menerima produk amplang berbahan rumput laut ini dengan nama Karima.
“Nama Karima di label amplang rumput laut khas Nunukan ini adalah nama anak saya yang ketiga. Karena produk ini adalah seperti anak kita sendiri yaang kita ciptakan maka kita perlakukan juga seperti anak,” akunya.
Harga amplang Karima ini tergolong ekonomis yang dibandrol seharga Rp 5.000 untuk ukuran 30 gram. Kata Hardi, seharinya dia mampu memproduksi sebanyak 20 kilogram, sedangkan rumput laut dia bisa memesan sebanyak 100 kg.
Sewindu lebih mengeluti bisnis tersebut, Hardi saat ini memiliki 4 orang karyawan. Sebelum adanya pandemi, Hardi mengaku dalam memiliki omzet Rp 40 juta per bulannya. Adanya Covid-19 juga berimbas pada omzetnya yang merosot hingga Rp 15 juta per bulannya.
Selain mendapat pesanan dari dalam negeri, produk khas Nunukan ini juga sudah sampai diekspor ke luar negeri yakni Malaysia. Hal lainnya, Hardi berharap kepada pemerintah daerah agar dapat memberdayakan produk lokal khas Nunukan, setidaknya bisa buat oleh-oleh para pejabat yang berkunjung di Nunukan, sebagai ajang mempromosikan UMKM di Nunukan. (*)
Reporter : Darmawan
Editor : Yogi Wibawa







