benuanta.co.id, TARAKAN – Beredar pesan broadcast di media sosial bahwa cuaca dingin di Indonesia belakangan ini terjadi karena jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh. Hal inipun disinyalir saat periode revolusi atau Aphelion.
Prakirawan Cuaca BMKG Kota Tarakan, Totok Dwi Sucahyanto, A.Md menjelaskan, berdasarkan informasi dari plt Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko informasi tersebut cukup meresahkan masyarakat. Padahal Aphelion ini ialah fenomena yang terjadi setahun sekali yakni pada bulan Juni.
“Fenomena cuaca dingin di beberapa wilayah Indonesia tidak terkait dengan Aphelion. Alasannya, Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di bumi,” jelasnya, Kamis (6/1/2022)
Dilanjutkan Totok, pada bulan Januari fenomena yang terjadi ialah Perihelion.
“Fenomena astronomis Aphelion puncaknya terjadi pada bulan Juli, sedangkan Perihelion adalah Januari. Perihelion ialah periode bumi letaknya lebih dekat dengan matahari,”
Adapun cuaca dingin dalam beberapa hari terakhir bukan karena Aphelion tetapi karena faktor-faktor lain di luar sebab bumi berada di jarak terjauh dari matahari.
“Secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim penghujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022,” tutur Totok.
“Hal ini menyebabkan seolah Aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Ramli