Pemancing yang Diterkam Buaya Terlihat Mengajar di Pesantren Gaib

benuanta.co.id, TANA TIDUNG – Pemancing ZA yang dinyatakan meninggal dan hilang akibat terkaman buaya, diyakini masih hidup dan mengajar di sebuah pesantren gaib pada Kamis, 6 Januari 2022.

Hal tersebut diungkapkan oleh Musyaroh, ibu kandung ZA yang mengatakan sempat bermimpi dan bertemu langsung dengan ZA di alam gaib.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2018 votes

Bahkan Musyaroh sempat bertemu dengan anaknya secara langsung di saat pencarian ZA masih dilakukan tim SAR.

“Mata batin saya sebagai ibu terbuka dan saya melihat anak saya di lokasi dia hilang. Saya panggil mau saya ajak pulang, anak saya tidak mau, katanya dia masih ada urusan untuk diselesaikan,” kata Musyaroh.

Menurut Musyaroh, ZA saat ini masih hidup dan hanya bersembunyi di alam gaib. Dari pengelihatannya, ZA sedang mengajar di sebuah pondok pesantren yang tak dapat dilihat dengan mata biasa.

Baca Juga:

“Di tempat ZA hilang dan dicari itu ada sebuah pesantren gaib dan tidak bisa dilihat dengan mata biasa. Pesantren gaib itu tidak memiliki seorang guru untuk mengajar, Makanya anak saya diculik oleh anak-anak pesantren itu sebagai guru mereka dan baru boleh pulang di alam ini setelah tugasnya selesai,” tuturnya.

Hal ini pun semakin diperkuat oleh pengakuan tetangga dekat keluarga ZA, yakni Wahyudi (70).

Wahyudi yang sempat ikut dalam pencarian ZA dan ikut dalam ritual khusus yang sempat dilakukan oleh keluarga ZA, juga menerangkan hal yang sama.

“Beliau tidak meninggal dan memang hanya kalap (disembunyikan oleh makhluk halus) dan saya di sini meyakini hal itu,” terangnya.

Meski sulit diterima nalar manusia, tapi Wahyudi menegaskan dirinya tidak memaksa orang lain untuk ikut mempercayai hal itu.

Menurut Wahyudi setiap lingkungan adat masyarakat, pasti memiliki kepercayaan yang berbeda-beda namun bukan berarti tidak mempercayai Tuhan.

“Semuanya itu atas dasar kuasa ilahi, orang asli Kalimantan percaya dengan kepuhunan itu karena adanya kuasa Ilahi, begitu juga dengan orang Jawa yang percaya adanya kalap. Itu juga karena kuasa Ilahi,” ungkapnya lagi.

“Yang terpenting saat ini adalah kita berdoa saja untuk keselamatan kita untuk kebaikan keluarga ZA dan lebih berhati-hati lagi saat ingin memancing di waktu magrib,” tutupnya. (*)

Reporter: Osarade

Editor: Matthew Gregori Nusa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *